201011 Klaus der Geiger
27 Oktober 2011Aksi demo merupakan salah satu panggungnya yang terpenting. Dimana saja di Jerman, bila ada demo anti nuklir, anti rasisme atau anti pemangkasan layanan sosial, Klaus der Geiger akan ada di baris pertama memainkan biolanya.
Lagu-lagu Klaus der Geiger bertema sosial-politik, dengan kritis menyentil tangan kaum berkuasa, berpihak pada kelompok yang tersisihkan dari masyarakat. Bila sedang tidak ada demo, ia menyanyikan lagu-lagu protesnya di tengah zona kaki lima, dengan lantang dan jujur mengenai apa yang mengganggunya.
Paparnya, "Menyanyi begini pengaruhnya jauh lebih besar daripada di dalam demo, karena kamu menyampaikan langsung dan berada di tempat, siap untuk berdiskusi secara setara: antara pendengar dan penyampai pesan.“
Paganini Jalanan
Bernyanyi di jalan merupakan kenikmatan bagi Klaus. Alat geseknya menari cepat diatas snar biola, menghasilkan nada-nada kasar, parau, halus atau gembira. Orang menjulukinya "Paganini Jalanan", mengacu pada pemain biola Italia kawakan dari abad ke 19, Niccolo Paganini.
Sementara dengan suara keras, Klaus bernyanyi, berkomentar, berpolemik, berteriak marah dan tertawa-tawa. Ia menggugah pejalan kaki untuk mendengarkannya. "Kalau bisa melakukannya, ini merupakan kegiatan yang sangat bernilai. Paling tidak dari segi sosial masyarakat. Karena itu saya menjadi musisi jalanan.“
Pemain musik jalanan ini mulai belajar memainkan biola ketika masih berusia delapan tahun, ketika itu ia masih menggunakan nama aslinya, Klaus von Wrochem. Klaus lahir tahun 1940 sebagai putra keluarga kelas menengah atas di kawasan Erzgebirge.
Usai sekolah ia masuk sekolah tinggi musik Köln, mendalami musik klasik dan avantgarde. Namun sebuah pamflet kritis yang dibuatnya, menyebabkan ia didepak dari universitas. Klaus kemudian berangkat ke AS dan mendarat di tengah gerakan Hippie tahun 60-an.
Menolak Bisnis Konser
Sekembalinya ke Jerman ia membentuk sebuah komunitas di Köln, berhenti bermain musik klasik dan mulai tampil sebagai Klaus der Geiger. Secara konsekwen ia menolak semua tawaran untuk terlibat dalam dunia bisnis konser.
Ia menikmati kebebasannya, namun bagi pemusik jalanan mencari uang tidak mudah. "Tentu saja kamu harus menawarkan sesuatu, itu jelas. Kalau tidak kamu akan ditinggal persis seperti seorang pengemis. Dan bagi harga diri kita, ini merupakan horor besar, karena bagi seorang pemusik jalanan menjaga harga diri itu sangat penting. Pasalnya, penghasilannya sedikit sekali, sering diperlakukan sebagai warga kelas dua dan selain itu bila memiliki kesadaran budaya tertentu, bisa menjadi begitu tertekan sehingga sulit untuk tetap tampil sebagai musisi jalanan.“
Klaus der Geiger telah bertahan sebagai musisi jalanan lebih dari 40 tahun. Di Jerman hampir tidak ada kawasan kaki lima yang belum menjadi panggung sang pemain biola ini.
71 Tahun dan Tetap Berjuang
Kegiatan politiknya telah menyebabkan Klaus der Geiger menghadapi proses hukum yang tak terhitung lagi. Bahkan ia beberapa kali mendekam dipenjara. Ketika menyanyi di jalan, dan petugas Kamtib menghadapkannya dengan peraturan baru atau menyuruhnya pindah, amarahnya pasti meledak.
Namun ternyata di kota, dimana ia kerap berurusan dengan petugas hukum itu, yakni Rudolstadt, Klaus der Geiger mendapatkan penghargaan secara resmi. Di Festival Musik Dunia di Rudolstadt ia menerima RUTH-Preis, anugerah untuk pencapaiannya seumur hidup.
Klaus der Geiger kini berusia 71 tahun. Pada usia dimana kebanyakan orang sudah pensiun, ia tetap berjuang dengan musiknya untuk keadilan dan tidak mau berhenti. Penghasilannya tidak hanya dari bernyanyi di jalanan, ia kini tamu yang sangat digemari di berbagai konser. Selain itu ia memimpim Orchestra Kultur Salon Köln, di mana ia bereksperimen dengan musik avantgarde. Klaus der Geiger tidak menjadi kaya, tapi ia bahagia.
Suzanne Cords / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk