1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kirgistan Minta Dukungan Rusia Akibat Kerusuhan

13 Juni 2010

Kerusuhan terus meluas di Kirgistan. Minggu (13/06) sejumlah perusuh Kirgistan menewaskan 30 warga Usbekistan di sebuah desa di bagian selatan negara itu. Kurmanbek Bakiyev menampik tuduhan terlibat dalam kerusuhan.

https://p.dw.com/p/Npea
Polisi anti kerusuhan Kirgistan di dekat pemukiman Nizhnyaya Ala-archa, di luar Bishkek, dalam kerusuhan 20 April 2010 laluFoto: picture alliance / dpa

Perwira militer Talaaibek Myrzabayev mengatakan dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press di ibukota Bishkek, pembunuhan tersebut berlangsung hari Minggu (13/06) di desa Suzak di daerah Jalal Abad. Sebuah desa Usbekistan lainnya, Dostuk, juga dibakar orang-orang Kirgistan, tetapi jumlah korbannya belum jelas.

Jumlah Korban Tambah Banyak

Kerusuhan antarkelompok etnis mulai meluas di Kirgistan sejak Kamis (10/06), dan hingga sekarang telah menyebabkan 100 orang tewas, dan 1.000 luka-luka. Setelah rumah-rumah mereka dibakar sekelompok pria Kirgistan, sejumlah besar warga Usbekistan melarikan diri dengan panik.

Kirgisien Unruhen Osch Usbekistan NO FLASH
Warga Kirgistan keturunan Usbekistan, yang melarikan diri dari perusuh, ke perbatasan antar kedua negara (12/06).Foto: AP

Situasi di Osh di Kirgistan selatan tetap belum bisa dikendalikan. Menurut laporan resmi 60 orang tewas, sementara pemerintahan sementara memperkirakan jumlah korban tewas seluruhnya sampai 200 orang. Api berkobar di sejumlah besar rumah. Menurut saksi mata, warga minoritas Usbekistan mengalami pengejaran. Sepertiga penduduk daerah Osh berasal dari Usbekistan.

Di sejumlah bagian kota Osh diadakan aksi militer Sabtu sore. Wakil warga minoritas Usbekistan dilarikan ke luar kota itu. Negara tetangga Usbekistan secara resmi menutup perbatasannya. Tetapi menurut saksi mata, perempuan, anak-anak dan orang-orang lanjut usia dibiarkan lewat.

Keadaan Darurat di Osh dan Jalal Abad

Pemerintahan sementara mengerahkan pasukan berikutnya ke selatan negara itu. Di Osh dan daerah sekitarnya ditetapkan situasi darurat. Semua rumah sakit di kawasan itu tidak dapat lagi menanggulangi warga yang cedera. Mereka tidak mempunyai cukup kain untuk membalut luka, obat-obatan dan bahan makanan untuk lebih dari 700 pasien. Karena pasar swalayan dan toko-toko dibakar atau dijarah, di kota itu tidak ada bahan makanan yang cukup lagi. Gas dan listrik dimatikan.

Unruhen in Kirgistan
Sebagian rumah yang dibakar di Osh (Jumat, 11/06/10).Foto: AP

Di kota Jalal Abad keadaan juga tambah kritis. Di kota itu juga terdengar tembakan, sehingga keadaan darurat juga ditetapkan pemerintah. Sementara itu di ibukota Bishkek di bagian utara Kirgistan, Jumat malam lalu (11/06) kembali terjadi kerusuhan. Sejumlah remaja yang melakukan kekerasan berusaha untuk menyerang kantor pemerintahan sementara. Mereka menutut senjata, supaya dapat ikut serta dalam pertempuran yang terjadi di selatan.

Tidak ada lagi yang beranggapan bahwa situasi akan tenang dengan sendirinya. Seruan meminta bantuan internasional semakin keras. Perdana menteri sementara Roza Otunbayeva Sabtu tengah hari (12/06) secara resmi meminta bantuan Rusia agar mengirimkan pasukan perdamaian.

Menentang Referendum tentang Konstitusi Baru

Kerusuhan yang sekarang mulai membara lagi di selatan negara itu bukan kebetulan, demikian pendapat pemerintahan sementara. Akhir bulan ini, di Kirgistan akan diadakan referendum tentang konstitusi baru, yang akan menjadi dasar peraturan politik yang baru. Banyak kelompok di daerah itu khawatir akan kehilangan kekuasaan dan pengaruh mereka.

Kirgistan Kirgisien Rosa Otunbajewa in Bischkek
PM sementara Roza OtunbayevaFoto: AP

Bagi pemerintah sementara, referendum itu adalah langkah penting untuk mensahkan pengambilalihan kekuasaan, dan untuk mendapat pengakuan internasional. Pemerintahan sementara di bawah Otunbayeva mengambil alih kekuasaan politik April lalu setelah terjadinya kudeta berdarah terhadap Presiden Kurmanbek Bakiyev. Ia menampik tuduhan terlibat kerusuhan di bagian selatan Kirgistan, dan menyebutnya "kebohongan yang tidak tahu malu". Bakiyev juga mengatakan, kerusuhan tersebut menjadi bukti ketidakmampuan pemerintahan sementara.

Marjory Linardy/dw/reuters/ap

Editor: Christa Saloh