1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kim Banggakan Eksekusi Mati Pamannya

1 Januari 2014

Penguasa Korea Utara, Kim Jong Un memuji eksekusi mati terhadap pamannya, Chang Song Taek. Ia juga memperingatkan negeri jiran terhadap konflik bersenjata yang bisa berujung pada "bencana nuklir."

https://p.dw.com/p/1Ajw4
Foto: Reuters

Korea Utara, jika meminjam kata-kata Kim Jong Un, mengawali tahun baru dengan kesatuan politik dan stabilitas yang lebih solid. Tekad "bulat" yang ditunjukkan pemerintah untuk "menghancurkan kotoran sektarian" di dalam tubuh partai menurutnya membuat persatuan "100 kali lipat" lebih kokoh, tuturnya dalam pidato pergantian tahun di stasiun televisi pemerintah.

Kim memang tidak menyebut nama. Tapi bisa dipastikan, "kotoran" yang dimaksud adalah bekas mentornya, Chang Song Taek yang dieksekusi awal Desember silam. Dengan begitu sang penguasa untuk pertama kalinya membenarkan penggulingan terhadap sang paman.

"Keputusan cepat dan tepat yang diambil partai untuk mengatasi elemen-elemen kontra revolusi membantu membetoni solidaritas di antara anggota dan fungsionaris," kata Kim lagi.

Kepiting, Kerang dan Batu Bara

Chang dieksekusi mati usai dinyatakan bersalah oleh pengadilan militer. Ia didakwa berbuat makar dan membangun kekuatan untuk menompleng kekuasaan Kim jong Un. Kantor berita Korea Utara, KNCA juga melaporkan, dua staf pribadi Chang sebelumnya sudah mendapat vonis hukuman mati.

Menurut kabar yang santer di Korea Selatan dan Amerika Serikat, perpecahan antara Kim dan sang paman berawal dari konflik seputar komoditi ekspor terbesar Korut, yakni kepiting, kerang dan batu bara. Chang dilaporkan menguasai bisnis penangkaran makanan laut bernilai 11 milyar US Dollar itu sejak kematian Kim Jong Il.

Upaya Kim muda merebut kembali kawasan pusat penangkaran awalnya gagal berkat perlawanan kelompok yang loyal terhadap Chang. Kim kemudian mengirimkan jumlah pasukan yang lebih besar. Dua letnan yang setia pada sang paman kemudian dieksekusi mati.

Nordkorea Chang Sung-taek Hinrichtung Prozess
Penangkapan Chang Song TaekFoto: Reuters

Ancaman buat Negeri Jiran

Eksekusi terbaru di Pyongyang dilihat di Korea Selatan sebagai konflik perebutan kekuasaan. Pemerintah di Seoul khawatir minimnya stabilitas keamanan di negeri jiran bakal berujung pada provokasi militer Korut untuk mengalihkan perhatian dari masalah di dalam negeri.

Kim sendiri mengklaim Pyongyang akan melakukan "upaya-upaya agresif" buat memperbaiki hubungan kedua negara yang membeku sejak perang Korea 1953. Ia juga meminta agar Korea Selatan bersikap kooperartif guna mengatasi masalah-masalah bilateral.

Namun demikian, sang pemimpin besar mewanti-wanti bahwa insiden bersenjata setiap saat bisa menjelma menjadi konflik militer dalam skala besar yang bisa menimbulkan "bencana nuklir." Menurutnya dalam kasus tersebut, Amerika Serikat juga akan ikut terseret ke dalam konflik.

rzn/hp (rtr,dpa)