1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Khameinei Serukan Hentikan Demonstrasi

19 Juni 2009

Gejolak panas yang menyelimuti politik Iran, mendorong Ayatollah Ali Khamenei angkat bicara. Jumat ini (19/06), pemimpin tertinggi Iran itu tidak mengakui bahwa pemilu Iran dinodai kecurangan.

https://p.dw.com/p/IUkG
Pemimpin Iran Ayatollah Ali KhameneiFoto: picture-alliance/ dpa

Puluhan ribu orang berhimpun di Univertas Teheran, menantikan seksama pernyataan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Dalam pidato pertamanya Jumat ini (19/06) setelah krisis pemilu, ia menyangkal kemungkinan telah terjadinya kecurangan. Ayatollah Khamenei menyatakan bahwa rakyat Iran sudah memilih sesuai dengan keinginan mereka. Para pendukung kandidat dalam pemilu tersebut seharusnya mengetahui bahwa negara Islam tidak melakukan kecurangan. Menurutnya, bila ada keraguan terhadap hasil pemilu harus disampaikan lewat jalur hukum.

"Mekanisme hukum bagi pemilu tidak akan membiarkan terjadinya kecurangan. Siapapun yang terlibat dalam proses pemilu ini menyadari kespakatan tersebut. Terutama menyangkut 11 juta suara yang berbeda dari dua kandidat. Biasanya beda perolehan dari dua kandidat itu 100 rubu suara, 500 ribu suara..1 juta suara…itu mungkin bisa diragukan hasilnya…Namun bagaimana mungkin 11 juta suara bisa dimanipulasi?“

Terkait kekalahan ketiga kandidat lain oleh Mahmud Ahmadinejad, Ayatollah Khamenei bersedia mempertimbangkan penghitungan kembali sebagian hasil kotak suara.

Namun dalam pidatonya, ia juga menyatakan pandangan politik luar negeri Ahmadinejad-lah yang lebih dekat pada pandanganya, daripada kandidat lainnya. "Tentu saja, terdapat perbedaan kasus diantara orang-orang. Beberapa orang percaya pada satu individu tertentu dan kata-kata yang disampaikannya. Orang-orang lain percaya pada sosok lainnya dan pernyataannya yang berbeda. Ini merupakan hal yang wajar. Namun terdapat komitmen bersama di sini yang dapat anda rasakan. Komitmen kolektif ini yang tumbuh diantara orang-orang walaupun pandangannya yang berbeda. Mereka percaya bahwa mereka harus menjaga negara ini. Semua orang berpartisipasi dalam pemilu ini, dari kota besar, kota kecil, dari kawasan pedesaan, perkotaan, apapun agama mereka, tua muda, laki dan perempuan, semua ikut serta.“

Saat ini yang dibutuhkan Iran adalah ketenangan, ujar Ayatollah Ali Khamenei. Ia juga meminta agar aksi demonstrasi dihentikan. Sebab bila tidak akan berujung pada kerusuhan. Ia menuturkan hasil pemilu itu berasal dari kotak-kotak pemungutan suara, bukan dari jalanan. Ayatollah Khamenei menekankan musuh-musuh Iran menargetkan legitimasi negara Islam dengan mempertanyakan hasil pemilu. Ia tak setuju campur tangan negara asing dalam hasil pemilu Iran.

Protes hasil pemilu disuarakan keras oleh pendukung Mir Hossein Mousavi, yang kalah dalam pemungutan suara di negara pengekspor minyak bumi terbesar kelima di dunia itu. Dalam perhitungan hasil pemilu, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad lebih unggul ketimbang saingan terberatnya tersebut. Namun pendukung Mousavi mensinyalir telah terjadi manipulasi dalam pelaksanaan pemilu. Bisa dibilang, aksi protes di Iran ini merupakan yang terbesar dan tersebar sejak revolusi Iran.

Ayatollah Khameini mengungkapkan, para politisi seharusnya menghindari ekstrimisme dan bertanggung jawab atas pertumpahan darah karena tindakan ekstrim tersebut. Ia menambahkan, protes jalanan seharusnya tidak menggeser kekokohan negara demi tuntutan kandidat yang mengalami kekalahan.

(AP/EK/dpa/ap/afp/reuters)