1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
OlahragaIndonesia

Ketika Piala Dunia U20 Pergi sebelum Tiba

Hardimen Koto
Hardimen Koto
29 Maret 2023

Mengapa politik harus dicampur aduk dengan sepak bola? Kolom Hardimen Koto tentang gonjang-ganjing Piala Dunia U20 di Indonesia.

https://p.dw.com/p/4PSFB
Protes menentang keikutsertaan timnas sepak bola Israel dalam Piala Dunia U-20
Protes menentang keikutsertaan timnas sepak bola Israel dalam Piala Dunia U-20Foto: Adek Berry/AFP

Lodz, Polandia, 15 Juni 2019. Hari itu, Ukraina menyikat Korea Selatan 3-1 di final dan memboyong trofi Piala Dunia U20 ke Kiev. Empat bulan kemudian, pada 24 Oktober 2019 di Shanghai, Cina, FIFA  memutuskan: tuan rumah berikut adalah Indonesia.

Ya, Indonesia jadi host Piala Dunia U20 pada 2021 -  ini ditunda sebab pandemi dan dijadwalkan kembali jadi 2023.

Bangga, pastinya, jadi tuan rumah turnamen dua tahunan ini, menyisihkan negara bidding lain macam Peru, Brasil, duet  Thailand dan Myanmar serta trio Arab Saudi, Bahrain dan Jordania.

Saat itu, belum ada respon negatif tentang penetapan tuan rumah ini. Juga saat logo turnamen diluncurkan bertepatan dengan HUT RI ke-77 pada 17 Agustus 2022.

Sebuah logo indah berbentuk trofi turnamen yang colorful dengan mahkota  yang melambangkan gairah dunia terhadap sepak bola.

Bahkan, saat peluncuran logo itu, Israel sudah lolos Juni 2022 bersama empat wakil Eropa lain: Italia, Inggris, Prancis dan Slovakia.

Indonesia pun percaya diri: menyiapkan 6 stadion di 6 kota dengan segala turunannya, termasuk Bali dan Gubernurnya, I Wayan Koster, mendukung pagelaran turnamen ini.

Indonesia juga percaya diri menyiapkan skuad via pelatih Shin Tae-Yong. Bahkan membawa tim berlatih ke Tajikistan, Turki, Kroasia, Spanyol, Ceko. Juga tampil dan menjuarai Piala AFF hingga 'magang' di Piala Asia di Uzbekistan.

Tapi, hanya 50 hari jelang kick-off, mengapa tiba-tiba adasuara miring terhadap Israel? Mengapa tidak adanya hubungan diplomatik diseret-seret? Mengapa baru sekarang? Mengapa tidak dari awal, pasca 24 Oktober 2019 saat Indonesia ditetapkan jadi tuan rumah?

Bukankah sebelum ini sejumlah atlet Israel  beberapa kali hadir di Indonesia sebagai peserta sesuai aturan olahraga?

Ada atlet bulutangkis Misha Zilberman dalam Kejuaraan Dunia BWF 2015 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta. Ada pembalap sepeda Mikhail Yakovlev di kejuaraan dunia UCI Track Nations Cup 2023 di Velodrome Jakarta. Bahkan ada utusan Israel juga hadir dalam Inter-Parliamentary Union (IPU) di Nusa Dua, Bali.

Mengapa giliran Israel yang lolos via kualifikasi - bukan diundang, sekarang diributin mereka-mereka itu?

Lucu juga kalau Gubernur Bali I Wayan Koster, yang tadinya welcome, tiba-tiba menolak Israel ada di Bali.

Maka FIFA lalu bereaksi. Drawing 31 Maret di Bali dibatalkan: 24 tim yang dibagi di 6 pot, ditempatkan di 6 grup.

Sejak drawing dibatalkan, sejak itu pula rumor bergerak liar. Sinyalemen theme song turnamen, The Glorious, yang hilang dari sosial media FIFA, makin bikin galau.

Sama galaunya dengan curahan hati Hokky Caraka, anak Sleman, striker skuad Indonesia U20 yang menyindir dengan kalimat menyentuh; "Kalian merusak Mimpi Anak Bangsa Sendiri."

Ketua Umum PSSI Erick Tohir, atas instruksi Presiden Jokowi, langsung terbang ke Qatar untuk melobi FIFA.

Tapi hasilnya pun pahit: Rabu 29 Maret 2023, FIFA memutuskan memindahkan Piala Dunia U20 dari Indonesia. Dan turnamen dua tahunan ini pergi sebelum tiba. Mimpi anak bangsa terkubur. Entah kapan lagi bisa beraksi di Piala Dunia.

Sedih! Sia-sia. Semua sia-sia. Semua menjadi lebih kelam jika dalam beberapa hari ke depan, FIFA segera mengumumkan sanksi potensial buat PSSI.

Semoga, dan saya pikir ini harapan banyak orang, PSSI tidak dibekukan. Jika iya, ada jutaan orang yang nasibnya tergantung pada industri bola bakal terpapar.

 

Hardimen Koto: pengamat, analis dan komentator sepak bola

*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.

Hardimen Koto
Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.