1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Riset: Dunia Kian Takut Dengan Simbol Keagamaan

16 Juli 2019

Pelarangan terhadap segala hal yang berhubungan dengan keagamaan kian meningkat di banyak negara di dunia, demikian laporan sebuah lembaga riset Pew Research Center di Amerika Serikat.

https://p.dw.com/p/3M89o
Israel, Jerusalem: Zeremonie Fußwaschung in der Grabeskirche
Foto: Reuters/A. Awad

Pelarangan ini tidak hanya ditemukan di bawah rezim otoriter tetapi juga di negara-negara demokrasi Eropa, demikian ungkap laporan lembaga riset yang menyoroti masalah keagamaan dan kehidupan sosial ini.

Berdasarkan laporan tersebut, terdapat orang-orang beragama Kristen yang dilecehkan di 143 negara, dan orang-orang muslim di 140 negara.

Selama dekade 2007 hingga 2017, pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah yang mencakup undang-undang, kebijakan, dan tindakan oleh pejabat negara yang membatasi keyakinan dan praktik keagamaan meningkat tajam di seluruh dunia, menurut laporan lembaga yang bermarkas di Washington, DC, ini.

Permusuhan di lingkungan sosial yang melibatkan agama, termasuk kekerasan dan pelecehan oleh perorangan, organisasi atau kelompok, juga meningkat sejak 2007.

Para peneliti menggunakan informasi yang dipublikasikan oleh pejabat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lembaga keagamaan untuk menyusun laporan mereka dengan hasil yang diperbarui hingga tahun 2017.

Penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 52 pemerintah memberlakukan batasan dalam level yang tinggi terhadap hal yang terkait agama.

Jumlah ini meningkat dari sebelumnya di tahun 2007 hanya ada 40 pemerintah yang melakukan hal serupa. Negara-negara yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya adalah Rusia dan Cina. Sementara tingkat pembatasan terendah dapat ditemukan di Afrika Selatan, Jepang, Filipina, Brasil, dan Korea Selatan.

Pada 2017 terdapat 56 negara yang mengalami konflik sosial yang melibatkan agama, jumlah ini naik dari 39 pada 2007.

Österreich eine Frau in Burka gekleidet in Kaprun
Turis perempuan mengenakan burqa di sebuah area wisata di Austria pada 2016.Foto: Imago/Eibner Europa

Fokus di Eropa

Peningkatan paling signifikan untuk periode 2007-2017 bisa dilihat di Eropa, di mana 20 negara membatasi pakaian yang berhubungan dengan agama, termasuk burqa dan cadar yang dikenakan oleh beberapa perempuan muslim. Kasus semacam ini pada tahun 2007 hanya ada di lima negara.

Austria telah memberlakukan larangan pemakaian cadar yang menutupi seluruh wajah di ruang publik. Jerman telah melarang cadar bagi siapa pun yang mengendarai kendaraan bermotor atau bekerja di dinas sipil sementara beberapa gubernur kota di Spanyol juga memberlakukan larangan burqa dan cadar.

Di Swiss, para warga yang memiliki hak suara untuk berpolitik secara nasional memilih untuk mendukung larangan pembangunan menara-menara baru.

Pew juga melaporkan, ribuan pengungsi di Jerman dipaksa pindah agama menjadi Kristen. Jika menolak, kemungkinan akan dideportasi.

Pelecehan Uighur dan Rohingya di Asia

Di Asia, laporan yang sama menyoroti pelecehan terhadap ratusan ribu muslim Uighur di Cina yang telah dikirim ke pusat-pusat edukasi ulang dan di Myanmar, muslim Rohingya dipaksa meninggalkan rumah akibat menghadapi pelecehan dan penyiksaan oleh pasukan militer dan sipil.

Supremasi Putih di Charlottesville, AS

Dalam hal pelecehan agama oleh individu dan kelompok sosial, Amerika Serikat terkenal karena kasus unjuk rasa supremasi kulit putih di Charlottesville, Virginia.

Pertemuan tiga hari guna membahas diskriminasi dan penganiayaan yang berkaitan dengan agama diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri AS mulai Selasa (16/07) di Washington. Pertemuan ini dihadiri oleh pejabat pemerintah, pemimpin agama dan lainnya dari semua wilayah di dunia.

ae/ap (AP, epd)