1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keterlibatan NATO di Libya

15 April 2011

Strategi NATO di Libya menjadi perhatian sejumlah surat kabar internasional. Selain itu juga disorot penangkapan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak dan rencana penghematan anggaran negara Amerika Serikat Presiden Obama.

https://p.dw.com/p/10tij
Pertemuan Nato di Berlin bahas masalah Libya, Kamis (14/04)
Pertemuan Nato di Berlin bahas masalah Libya, Kamis (14/04)Foto: DW

Surat kabar Belanda De Volkskrant menyoroti keterlibatan NATO dalam perang di Libya. Harian terbitan Amsterdam itu menulis:

"Sejumlah negara anggota bahkan tidak ikut serta, yang lainnya mengambil alih tugas yang tidak mengandung risiko bagi mereka. Amerika Serikat sendiri juga tetap berada di balik layar. Akibatnya, kekuatan militer Gaddafi masih sangat kuat. Kini disesuaikan dengan kondisinya, pengerahan pasukan jarang dilakukan dengan kendaraan militer, dan warga sipil disalahgunakan sebagai perisai. Namun operasi NATO baru berumur tiga minggu. Melihat lemahnya kekuatan kelompok perlawanan, dalam waktu dekat tidak bisa diharapkan kehancuran pemerintah. Selain itu sikap berhati-hati juga diperlukan, karena dukungan internasional terhadap tindakan militer kali ini cukup lemah."

Harian Austria Neue Zürcher Zeitung juga mengomentari intervensi NATO di Libya. Koran yang terbit di Zurich itu menulis:

"Jika Gaddafi mempertahankan kekuasaannya, suatu saat NATO bisa menghentikan serangan udara, tanpa kehilangan banyak gengsi. Apa yang disebut “Operasi ringan“ itu membuka jalan keluar, karena dipimpin oleh „koalisi militer internasional sukarela“ di luar lingkungan NATO – seperti pada awalnya penerapan zona larangan terbang di Libya. Untuk itu tidak terlalu mengganggu jika pihak ketiga seperti Uni Afrika ikut campur dan menuntut peran sebagai mediator. Jika dilihat seksama, misi seperti itu ibaratnya jamur pemecah aliansi, karena tidak semua anggotanya mendukung dengan skala yang sama. Inggris dan Perancis sudah mengeluhkan kurangnya keterlibatan anggota yang lain."

Tema internasional lain yang disoroti adalah penangkapan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak.

Harian Spanyol yang berhaluan liberal kiri, El Pais, menulis:

"Perintah penangkapan Hosni Mubarak yang dikeluarkan dua bulan setelah jatuhnya diktator itu merupakan isyarat positif bagi Mesir. Ia membuat proses peralihan yang dipimpin oleh para jenderal menjadi lebih bisa dipercaya dan mengisyaratkan pada warga Mesir bahwa terdapat pergerakan. Militer Arab pada dasarnya bukanlah pengikut demokrasi. Para jenderal Mesir layak mendapatkan respek dari rakyat, karena memaksa jatuhnya Sang Lalim dan melindungi harga diri serta kebebasan rakyat. Mereka sebaiknya segera kembali ke barak. Tapi sebelumnya mereka harus memastikan bahwa peralihan tercapainya sistem terbuka dan pluralis berjalan lancar."

Sementara itu koran Italia yang berhaluan liberal kanan Corriere della Sera menyoroti rencana penghematan anggaran Amerika Serikat Presiden Obama.

"Ini merupakan operasi asli gaya Obama, sangat rumit dan terbagi-bagi. Tapi juga sedikit dangkal. Dan itu terjadi dengan fakta bahwa sang presiden sengaja melakukannya agar pertahanannya tidak jadi sasaran serangan kampanye, dengan mekanisme dan sektor-sektor yang akan dihemat, tapi ia tidak merinci bagaimana. Tugas ini dialihkannya pada komisi lintas partai di bawah pimpinan wakilnya Joe Biden. Kepentingan nasional dan kampanye pemilihan presiden, itu merupakan dua hal, yang sulit dihubungkan satu sama lain. Juga karena bukan Obama harus menghindari perpecahan dengan Republik. Hal ini juga berlaku bukan karena ditinggalkan kiri „liberal“ yang dikecewakan, yang tidak akan memilih Republik, tapi mungkin juga tidak akan pergi memilih."

Luky Setyarini

Editor: Yuniman Farid