1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan Landa Tarakan

29 September 2010

Aktifitas warga lumpuh setelah jalan-jalan utama di pusat Tarakan, Kalimantan Timur, diblokir oleh kelompok-kelompok warga bersenjata tajam menyusul bentrokan antar massa yang kembali terjadi, Rabu pagi (29/09).

https://p.dw.com/p/PPma

Untuk meredakan situasi, kepolisian telah menerjunkan ratusan personel tambahan dari Polda sekitar Tarakan dan Markas Brimob Depok. Personel tambahan ini bergabung dengan anggota TNI yang sudah ada di lokasi. Dalam kerusuhan itu sejumlah rumah dibakar massa yang marah. Seperti dituturkan warga setempat, Bahrunsyah.

Kerusuhan di kota Tarakan, dipicu kasus pemerasan yang dilakukan warga pendatang terhadap penduduk asli, yang berbuntut perkelahian dan tewasnya seorang warga asli. Kekerasan itu memicu bentrokan yang lebih luas antar dua kelompok dari dua etnis berbeda, terutama setelah dilaporkan adanya sejumlah anggota mereka yang tewas. Untuk menghindari kekerasan, ribuan warga pendatang yang ketakutan memilih mengungsi ke tempat-tempat aman, yang disediakan pemerintah setempat. Menurut Bahrunsyah, gelombang warga yang mengungsi, Rabu (29/09), bertambah besar seiring mencekamnya situasi di kota yang kaya gas alam itu.

Di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus menggelar konferensi pers untuk meminta kedua kelompok menghentikan aksi kekerasan ini. Presiden juga secara langsung memerintahkan jajaranya segera menangani kasus ini agar tak meluas seperti kerusuhan Sampit satu dekade lalu yang menewaskan ratusan orang.

Selain mengerahkan personel keamanan, pemerintah daerah juga terus mengupayakan perdamaian dengan mempertemukan tokoh-tokoh agama dan adat setempat. Senin (27/09) malam sudah digelar pertemuan di kantor Kecamatan Tarakan Utara, yang menhasilkan 9 butir kesepakatan. Namun seruan tokoh masyarakat dan agama diabaikan oleh massa yang marah.

Di antara sembilan poin kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan Senin (27/09) malam, yang terpenting adalah kasus tewasnya warga harus diselesaikan secara hukum.Sampai Rabu (30/09) sore, menurut juru bicara Polda Kalimantan Timur, Wisnu Sutirta, upaya mencari solusi damai itu masih dilakukan.

Zaki Amrullah

Editor: Ziphora Bilsky