1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan di Thailand

20 Mei 2010

Sorotan sejumlah media internasional masih tertuju ke Thailand, yang masih terus dilanda aksi protes dan kerusuhan.

https://p.dw.com/p/NT0T
Foto: AP

Harian Austria Die Presse yang terbit di Wina mengomentari:

"Yang di sini yang baik, yang di sana yang jahat. Tidak semudah itu untuk mengkategorikan mana yang baik dan mana yang buruk. Arti gerakan demokrasi di Thailand sudah berubah, setelah kekerasan dan granat, mengiringi aksi demonstrasi dan membahayakan keamanan anak-anak. Kedua kubu membiarkan situasi ini semakin meruncing dan mengambil keuntungan dari bentrokan yang terjadi. Namun, pada akhirnya semuanya akan kalah. Pemilu semata tidak mungkin lagi dapat menimbun jurang pemisah di dalam masyarakat Thailand. Kalaupun dapat diselamatkan, pihak yang dapat menyatukan kembali rakyat Thailand, hanyalah sebuah pemerintah kesatuan."

Koran Spanyol ABC yang terbit di Madrid menulis:

"Kalaupun aksi protes di Thailand berhasil ditumpas, situasinya tidak akan tenang. Karena masalah sesungguhnya adalah bukan mengambilalih pengawasan atas beberapa wilayah tertentu di ibukota Bangkok, akan tetapi legitimasi pemerintahan. Sebenarnya Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva yang paling bertanggung-jawab atas terjadinya kerusuhan di Thailand. Kini saatnya, semua kubu politik menyepakati sebuah pakta nasional dan memulai proses perujukan. Terciptanya stabilitas dengan menumpas kubu oposisi, hanya berfungsi di kuburan. Rakyat Thailand berhak mengetahui apa yang terjadi setelah gerakan kudeta tahun 2006."

Tema lain yang juga masih menjadi sorotan sejumlah media internasional adalah rancangan resolusi PBB yang memberlakukan sanksi baru terhadap Iran.

Harian Austria Der Standard menulis:

"Hasil gagasan Turki-Brasil-Iran untuk memperkaya uranium di luar Iran, dari awal sudah jelas, yakni, tidak akan memuaskan kubu yang menentang Iran. Pertama, dalam kenyataannya ada rincian penting yang belum dijernihkan. Kedua, sejak usulan itu disodorkan Oktober lalu, waktu tetap berjalan. Iran dilaporkan, tetap mengayakan uranium dalam jumlah besar. Akan tetapi, bahwa kelima negara pemegang hak veto di Dewan Keamanan menyerahkan sehari setelahnya sebuah rancangan resolusi baru terhadap Iran, tidak ada yang mengira sebelumnya. Apalagi, Rusia dan Cina ikut menyetujui sanksi tersebut. Penjelasan untuknya yang paling mudah adalah, lima anggota tetap DK sepakat, Iran jangan sampai memperkirakan, bahwa dengan sebuah gagasan yang belum matang itu, dapat mengulur waktu."

Koran Perancis Le Monde di Paris juga mengomentari kesepakatan Turki dan Brasil terkait sengketa atom Iran:

"Ambisi negara-negara selatan sah saja. Seharusnya diterima dengan positif. Namun terkait sengketa atom Iran, sikap skeptis anggota tetap DK dapat dipahami. Meskipun kelompok itu menyambut baik inisiatif Turki-Brasil dan menyebutnya sebagai langkah ke arah yang tepat. Tetapi, kelompok itu mengumumkan akan tetap meneruskan tekanan terhadap Iran. Dengan itu, mereka jelas-jelas menunjukkan keraguannya terkait kesepakatan itu. Dan menyepakati sebuah rancangan resolusi yang menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran.“

an/ar/dpa/afpd