1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerugian Google Hanya Sedikit

15 Januari 2010

Google pertimbangkan penarikan diri dari Cina setelah mendapat serangan terarah dari "hacker". Mesin pencari tersebut menyatakan pula, 20 perusahaan lainnya juga menjadi sasaran "hacker".

https://p.dw.com/p/LWdB
Situs Google berbahasa CinaFoto: picture-alliance/ dpa

Google tidak akan mengalami kerugian ekonomi besar, jika pemerintah di Beijing melarang perusahaan AS itu beroperasi di Cina sepenuhnya . Memang internet di Cina, yang sekarang mencakup 340 juta pengguna, menjadi pasar terbesar dunia dan terus berkembang.

Tetapi keuntungan Google hanya sedikit. Menurut perusahaan konsultan Comscore, November lalu hanya 15,1% dari seluruh pencarian informasi di Cina dilakukan lewat situs Google berbahasa Cina, atau "google.cn". Mesin pencari dari perusahaan Cina, Baidu lebih populer, dan digunakan sekitar 60-70% pengguna internet.

Pemasukan Lewat Iklan

Screenshot Baidu.com
Penampilan mesin pencari buatan Cina, Baidu

Pencarian informasi lewat mesin pencari Google tidak menjamin adanya pemasukan melalui iklan bagi perusahaan itu, padahal inilah yang menjadi penunjang bisnis Google selama ini. Tahun 2008, perusahaan AS itu mendapat keuntungan sekitar 22 milyar Dollar, dan hanya sebagian kecil berasal dari Cina. Tahun lalu, Google mendapat keuntungan melalui iklan dari perusahaan Cina sebesar 200 juta Dollar, tetapi hanya sekitar 90 juta berasal dari "google.cn". Jadi Google tidak akan rugi, jika menarik diri dari Cina. Saat ini Google mempunyai ratusan pegawai di tiga kantor di Cina, yaitu Beijing, Shanghai serta Ghoungzhou.

Dari segi ekonomi, mungkin lebih baik jika Google menutup cabangnya di Cina. Karena jika Google selalu dikaitkan dengan sensor yang dipaksakan pemerintah Cina, nama baik perusahaan itu di Barat bisa tercemar, dan ini bisa menjadi kerugian yang jauh lebih besar.

Cara Yang Heboh

Microsoft Windows Google Symbolbild
Logo Baidu dan GoogleFoto: picture-alliance/dpa

Di samping itu, bagi Google ada alasan kedua untuk menarik diri dari Cina dengan cara yang heboh, yaitu karena Google bukan satu-satunya sasaran "hacker" Cina. David Grummond, kepala bidang hukum Google menulis dalam "blog" resmi perusahaan, pihaknya telah mendeteksi sedikitnya 20 perusahaan lainnya yang mendapat serangan "hacker", antara lain perusahaan dari bidang internet, keuangan, teknologi, media dan kimia. Semua kasus ini berkaitan dengan rahasia perusahaan dan pencurian lisensi. Ini semua sebenarnya bukan hal yang baru lagi.

Hacker Cina mengadakan spionase di seluruh dunia, di semua bidang, dan pencurian teknologi ini kemungkinan bukan hanya ditolerir, melainkan juga dibiayai dan diorganisir pemerintah dan dinas rahasia Cina. Bertold Stoppelkamp, pemimpin badan untuk keamanan dalam perekonomian Jerman mengatakan, "Melalui globalisasi, ada persaing-pesaing yang sulit diperkirakan ketangguhannya, karena mereka ada di negara lain. Perusahaan-perusahaan itu kadang mendapat dukungan dinas rahasia, sehingga situasi persaingan jauh lebih sulit daripada di dalam kerangka Uni Eropa, di mana untuk semua hal ada peraturan.“

Meningkatkan Sensibilitas terhadap "Hacker"

China Internet Google Logo in Peking
Logo Google di depan kantor pusatnya di BeijingFoto: AP

Oleh sebab itu Stoppelkamp menyarankan perusahaan-perusahaan Jerman untuk meningkatkan sensibilitas pegawainya terhadap serangan "hacker". Itulah yang dilakukan Google, meningkatkan sensibilitas masyarakat umum di seluruh dunia terhadap bahaya "hacker". Stoppelkamp melanjutkan, kampanye sensibilitas mencakup pegawai, penggunaan stuktur teknologi telekomunikasi yang baik, sikap dalam menghadapi pelanggan dan informasi tentang situasi risiko di pasaran asing. Misalnya kriminalitas dan situasi politik.

Menurut Stoppelkamp, bahaya paling besar bagi perekonomian Jerman adalah penyaluran "know how" ke negara-negara di luar Eropa, terutama ke Cina. Kerugian akibat pencurian rahasia produksi dan konstruksi ini diperkirakan mencapai 20 juta Euro per tahun.

Rolf Wenkel / Marjory Linardy

Editor: Asril Ridwan