1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerjasama Ilmu Pengetahuan Jerman-Turki

Svenja Üing30 Desember 2013

Tahun 2014 Turki akan menjadi fokus utama kerjasama internasional Jerman untuk ilmu pengetahuan. Direktur Kerjasama Internasional Volker Rieke menjelaskan agendanya.

https://p.dw.com/p/1AhaU
Universitas Turki-Jerman di IstanbulFoto: DW/S. Sokollu

Pada tanggal 23 Januari 2014 "Tahun Kerjasama Turki Jerman untuk Penelitian, Pendidikan dan Inovasi" akan diresmikan. Setiap tahun, Jerman melakukan kerjasama ilmiah secara khusus dengan satu negara mitra. Kali ini, kerjasama akan dilaksanakan dengan Turki. Proyek itu berada di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Riset. Volker Rieke adalah Direktur Divisi Kerjasama Internasional.

DW: Jerman dan Turki sudah punya hubungan kerjasama dalam bidang ilmu pengetahuan selama 30 tahun. Tapi selama ini, kerjasama itu belum jadi sorotan publik. Mengapa?

Volker Rieke: Kerjasama ilmiah biasanya dilakukan dalam bidang-bidang khusus antara organisasi pendidikan atau antar ilmuwan. Jadi tidak berlangsung di bawah sorotan publik seperti yang sering terjadi misalnya dalam hubungan dagang atau kerjasama bilateral lainnya.

Tahun 2014, kerjasama dengan Turki akan menjadi titik berat. Apa agendanya?

Pertama-tama, kami tentu ingin merayakan 30 tahun perjanjian kerjasama ilmiah Jerman-Turki. Ini adalah kesempatan baik untuk memperkuat pondasi kerjasama kami dengan Turki. Hubungan ini sudah cukup matang dan bisa diperdalam. Untuk semua itu, kami cukup bangga.

Selain itu, ada empat pilar utama dalam tahun kerjasama 2014. Pilar pertama adalah potensi inovasi yang ingin kami gunakan bersama. Terutama mengembangkan penelitian teknologi terapan antara kedua negara dengan lebih intensif lagi. Ini akan kami lakukan dalam proyek yang dinamakan "2 plus 2". Artinya, mitra proyek paling sedikit satu perusahaan industri dari Jerman dan satu dari Turki. Jadi selalu melibatkan pihak swasta dari kedua negara.

Deutsche Welle Future Now Volker Rieke
Volker RiekeFoto: DW

Pilar kedua adalah memperdalam kerjasama penelitian dengan lembaga-lembaga di luar universitas. Di Jerman ada empat lembaga penelitian utama, yaitu Max-Planck Gesellschaft, Helmholtz-Gemeinschaft, Fraunhofer Gesellschaft dan Leibniz-Gemeinschaft.

Pilar ketiga adalah kerjasama antar ilmuwan. Dan pilar keempat adalah kerjasama para ilmuwan muda. Kerjasama ini akan kami tingkatkan secara intensif.

Tahun Kerjasama Internasional juga ditujukan kepada pada ilmuwan dan peneliti muda. Mahasiswa dan ilmuwan Jerman biasanya ingin pergi ke Amerika, Inggris atau Perancis. Bagaimana menarik perhatian mereka agar mau ke Turki?

Amerika, Australia, Selandia Baru dan Jepang adalah negara industri penting yang sudah punya pertukaran ilmiah sejak puluhan tahun dengan Jerman. Turki sejak beberapa tahun terakhir cukup sukses dalam bidang ilmu pengetahuan, dan mengalami kemajuan ekonomi yang mengesankan. Turki adalah negara penting di Eropa yang berbatasan langsung dengan Asia.

Selain itu, ada banyak warga keturunan Turki di Jerman. Jadi kami sebenarnya sudah punya dasar hubungan yang cukup erat. Sudah banyak bentuk kerjasama yang dirintis. Inilah yang ingin kami intensifkan lagi tahun 2014.

Partai pemerintah AKP di Turki saat ini ingin mengawasi kegiatan mahasiswa lebih ketat lagi. Apa ini bisa jadi hambatan dalam kerjasama ilmiah?

Ini tentu sebuah aspek yang kami amati secara kritis. Dilain pihak, tahun kerjasama ini sangat cocok untuk memberi tekanan pada kebebasan ilmiah. Karena agendanya ditujukan kepada kelompok elit dan masyarakat sipil di Turki.

Salah satu proyek utama yang sudah berjalan adalah Universitas Turki-Jerman di Istanbul, yang baru dibuka semester ini. Ini sinyal yang sangat bagus, yang membuktikan keberhasilan dalam bidang kerjasama pendidikan.

Ini adalah contoh bagaimana sebuah kerjasama bisa mempengaruhi kedua negara secara positif. Saya optimistis, kerjasama mendalam ini akan punya pengaruh besar di Turki.

Volker Rieke adalah Direktur Divisi Kerjasama Internasional di Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman. Wawancara untuk DW dilakukan oleh Svenja Üing.