1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kereta Masa Depan

16 Juni 2016

Mengembangkan kereta api masa depan menghadapkan ilmuwan dengan tantangan aerodinamika. Untuk membuat kereta bisa melaju lebih cepat dan hemat mereka menyontek teknologi yang telah dikembangkan di industri penerbangan.

https://p.dw.com/p/1J802
Foto: picture-alliance/Imaginechina/C. Kang

Kereta Masa Depan

Para peneliti mula-mula membuat model kereta dengan ukuran 1 banding 100. Dengan itu, para ilmuwan hendak membuat simulasi berbagai kondisi yang akan dihadapi saat kereta supercepat generasi terbaru melesat di atas rel.

Prof. Andreas Dillmann, pakar penerbangan dan antariksa menjelaskan: "Kereta generasi supercepat masa depan, panjangnya sama dengan kereta saat ini, 400 meter, tapi berkapasitas penumpang dua kali lebih banyak. Juga bisa melaju 400 km per jam, dengan kebutuhan energi separuhnya dari kerata super ekspres saat ini."

Untuk memperbaiki aerodinamika, tahanan angin kereta harus direduksi drastis. Dalam kanal angin model kereta dihembus aliran udara berkecepatan tinggi. Dengan bantuan instrumen laser dan asap, turbulensi udara jadi kasat mata dan bisa dianalisa. Juga arus angin dari samping saat kereta melaju cepat bisa disimulasikan di instalasi kanal angin.

Untuk mencari model yang ideal, para ilmuwan juga mencangkok teknologi dari jaman Romawi. Yakni prinsip katapel panah yang digunakan 2000 tahun lalu.

Instalasi percepatan kereta juga bekerja dengan prinsip serupa itu. Pada rel ujicoba sepanjang 60 meter, model kereta dilontarkan hingga mencapai kecepatan 400 km per jam.



Di jalur kereta yang sebenarnya, kecepatan super cepat tidak jadi masalah pada medan terbuka. Masalah kritis muncul saat kereta memasuki terowongan.

Untuk itu dilakukan ujicoba simulasi saat kereta memasuki terowongan. Asap dan laser menunjukkan apa yang terjadi dengan udara, jika kereta berkecepatan supertinggi memasuki sebuah terowongan.

Seperti sebuah piston pompa udara, kereta melesat memasuki terowongan. Dalam bilangan sepersekian detik terbentuk gelombang tekanan yang didorong kereta. Ini bisa memicu efek ledakan seperti saat pesawat terbang menembus kecepatan suara.

"Dalam instalasi simulasi terowongan, kami meneliti terbentuknya gelombang tekanan. Ini bisa berdamapk pada kawasan sekitarnya. Udara yang tertekan kereta, bisa memicu ledakan yang memicu kerusakan pada manusia maupun binatang", tambah Dillmann.

Target penelitian adalah mereduksi gelombang tekanan dan dengan itu mencegah efek ledakan. Hasil riset menunjukkan, rancang bangun terowongan dengan jendela di bagian samping, yang bisa melepas tekanan udara. Juga simulas pengereman dari kecepatan 400 km/jam sukses dalam uji coba ini.