1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kenapa Pengurukan Pantai Berpotensi Merusak Lingkungan?

Martin Kübler
27 Maret 2024

Pantai menyusut setiap badai musim dingin menyapu kepulauan di Laut Utara Jerman, Untuk melindungi ekosistem pesisir diperlukan pengurukan pantai. Namun upaya ini menyisakan masalah besar pada proses penambangan.

https://p.dw.com/p/4e8yF
Pengurukan pantai di Jerman
Pengurukan pantai di JermanFoto: Jens Büttner/dpa/picture alliance

Musim dingin yang disertai badai besar dan banjir, terutama pada akhir Desember, menyapu hamparan bukit pasir pelindung dan pantai pemandian di Kepulauan Laut Utara Jerman.

Perlindungan pantai di pulau-pulau seperti Sylt, Borkum dan Norderney, yang setiap tahun disambangi jutaan wisatawan, harus dibangun kembali menjelang liburan musim panas tahun ini. Perbaikan tersebut berskala besar dan sebabnya berbiaya mahal.

Pengurukan pantai menumpuk ulang pasir untuk memulihkan kembali pantai yang mengalami abrasi. Pemerintah negara bagian di Niedersachsen mengaku telah menyediakan hingga 700.000 Euro untuk menyelamatkan atraksi terbesar sektor pariwisata itu.

Pengurukan pantai rugikan lingkungan?

Dalam hal ini, pasir untuk memulihkan kawasan pantai Laut Utara kemungkinan besar ditambang di kawasan terdekat. Di masa lalu, pasokan pasir berasal dari wilayah pesisir atau dari pulau-pulau tetangga. Seperti yang dikatakan seorang pejabat kepada media lokal tahun 2017 lalu, pasir "tidak menghilang, hanya berpindah ke tempat lain.”

Contohnya adalah Pulau Sylt yang harus berulangkali menguruk pantai selama 40 tahun terakhir dengan menambang pasir laut.

Kenapa Dunia Terancam Menghadapi Krisis Pasir?

Kapal pengerukan menyedot campuran pasir dan air dari dasar laut di area sekitar 8 kilometer dari bibir pantai. Pasir kemudian dimuntahkan ke pantai dan di zona terumbu lepas pantai untuk memecah ombak.

Meskipun lebih baik dibandingkan menggunakan pasir yang dikirim dari belahan dunia lain, metode ini menyisakan dampak negatif terhadap ekosistem pesisir dan sungai. Eksploitasi sumber daya pasir dapat memunahkan kehidupan di dasar laut dan mengganggu habitat burung dan satwa lainnya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Penambangan juga dapat menyebabkan erosi pantai atau tanah longsor. Saat pasir dihisap dari dasar laut, pasir pantai pada akhirnya akan tergerus ke dalam celah yang ditinggalkan penambangan. Pengurukan pantai tidak bersifat permanen. Dalam waktu dekat, pasir akan kembali tersapu ombak dan proses pengurukan harus kembali dimulai dari awal.

Pasir dapat dipasok dari tempat lain untuk menghindari dampak lingkungan dari penambangan lepas pantai. Kota-kota seperti Manila di Filipina dan Miami di AS, misalnya, menggunakan pasir  dari sungai dan danau. Namun para ahli memperingatkan betapa pentingnya menggunakan pasir yang sesuai dengan komposisi asli pantai. Hal ini untuk menghindari potensi kontaminasi dan melindungi flora dan fauna yang telah beradaptasi dengan jenis pasir tertentu.

Kenapa pasir merupakan sumber daya yang penting?

Setelah air, pasir merupakan sumber daya kedua yang paling banyak ditambang oleh manusia, menurut Program Lingkungan PBB. Pasir terutama digunakan di sektor konstruksi atau produksi kaca.

Repotnya, pasir juga digunakan untuk mereklamasi pantai dan menciptakan pulau baru di kota-kota pesisir metropolitan seperti Singapura, Hong Kong atau di Indonesia, di mana harga properti menjulang tinggi.

Jenis pasir tertentu yang dinamakan pasir silika digunakan untuk membuat silikon, bahan utama dalam pembuatan sirkuit dan microchip.

Mengungkap Rahasia Biara Mont St. Michel

Adakah alternatif selain pasir?

Meskipun Bumi sarat padang pasir, gurun bukan sumber pasir yang baik karena butirannya yang terlalu halus akibat terkikis angin. Hanya partikel pasir bergerigi yang ditemukan di dasar sungai, danau atau laut yang dapat mengikat dengan baik untuk pembuatan beton dan produk lainnya.

Karena pesatnya laju urbanisasi dan digitalisasi, permintaan pasir melonjak di seluruh dunia. Menurut data PBB, penambangan pasir meningkat lebih dari tiga kali lipat selama dua dekade terakhir, menjadi lebih dari 50 miliar metrik ton setiap tahunnya.

AS sejauh ini merupakan eksportir terbesar, mengirimkan hampir 6,3 miliar ton pada tahun 2022. Jumlah tersebut mencakup sekitar 31,5 persen ekspor global, lebih dari dua kali lipat volume ekspor negara produsen lain seperti Belanda sebesar 12,4 persen, Jerman 8,2 persen dan Belgia 5,9 persen.

Permintaan yang meningkat mendorong eksploitasi dan penambangan ilegal di India, Vietnam dan Cina.

Namun bahkan di tambang legal di negara-negara eksportir terbesar seperti AS, Malaysia, Eropa dan Kanada, eksploitasi pasir dapat membahayakan keragaman atau dan mengganggu arus laut. Selain meningkatkan erosi, penambangan akan menghancurkan daratan pesisir dan menjadikannya rentan terhadap cuaca ekstrem. Penambangan juga berpotensi mencemari saluran air, adapun pengiriman pasir dipastikan akan melepaskan emisi karbon.

Namun ada alternatif lain selain penambangan pasir. Kaca dapat didaur ulang, digiling menjadi partikel-partikel kecil dan digunakan dalam konstruksi atau untuk pengurukan pantai. Dan limbah batu bara juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat utama pada beton, sehingga menghilangkan kebutuhan akan pasir sepenuhnya.

Ketika pasir menjadi sangat penting, PBB merekomendasikan agar pasir "diekstraksi dan diangkut dengan cara yang ramah lingkungan dan sosial,” dan ekosistem yang terdegradasi dipulihkan dengan "solusi berbasis alam.”

rzn/as