1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

051010 Zustand Weltwirtschaft

6 Oktober 2010

Ekonomi dunia kembali gonjang-ganjing. Risiko apa saja yang mengancam ekonomi global?

https://p.dw.com/p/PXTu
Foto: picture-alliance/ dpa-infografik

Sebenarnya, ekonomi dunia perlahan mulai pulih. Itu merupakan fakta yang diakui semua pakar dan pengamat ekonomi. Pertanyaannya sekarang, apakah roda ekonomi global dapat berputar sendiri tanpa paket perangsang ekonomi dan dana bantuan yang dikucurkan pemerintahan negara dunia?

Hal ini sengit diperdebatkan ekonom dunia. Dennis Snower, ketua Institut untuk ekonomi global di Kiel berpendapat bahwa mungkin saja Amerika Serikat, yang adalah ekonomi terbesar dunia memasuki fase resesi berkelanjutan atau yang juga disebut resesi double dip.

Thomas Straubhaar dari Institut Ekonomi Dunia di kota Hamburg berpendapat, pemerintahan AS di bawah Presiden Obama turut bertanggung jawab atas lambannya proses pemulihan ekonomi AS. Pemerintahan Obama mengikuti politik yang tidak selaras dengan pemahaman AS. Menurutnya, pengertian ini bukan suatu sistem, di mana pemerintah mulai untuk melakukan demokratisasi sosial, di mana negara memberi jaminan sosial kepada rakyatnya seperti di sebagian negara Eropa.

"Barack Obama harus memahami, bahwa dengan pertumbuhan yang didorong oleh pemerintah ia tidak memiliki kepercayaan rakyat, yang lebih percaya pada tanggung jawab pribadi, hak untuk menentukan nasib dan pemain-pemain pasar", demikian Straubhaar.

Salah satu masalah yang dihadapi AS, selain angka pengangguran yang tetap tinggi adalah kebiasaan warganya untuk berutang. Konsumsi warga sebenarnya tidak dibarengi adanya dana konkret tapi dana pinjuaman. Belakangan, tak hanya utang perorangan yang jadi masalah bagi ekonomi dunia. Contoh Yunani dan Spanyol menunjukkan bahwa pemerintahan suatu negarapun bisa dililit utang. Beberapa negara sampai memiliki utang luar negeri 85 persen dari produk domestik brutonya.

Lalu, apa yang terjadi jika resesi berkepanjangan merundung ekonomi dunia? Masalah utamanya menurut sejumlah pakar adalah negara-negara dunia akan kewalahan untuk bangkit kembali dari resesi. Kebanyakan sudah tak memiliki dana untuk kembali meluncurkan paket perangsang ekonomi. Ini berujung pada menurunnya permintaan dan jatuhnya harga, atau deflasi.

Jika warga tidak lagi mengkonsumi barang karena menunggu sampai harga semakin turun, jumlah permintaan juga berkurang. Produsen yang barangnya tidak laku juga menghentikan investasi dan mengurangi personilmya. Spiral penurunan ini lebih ditakuti para pakar daripada inflasi atau naiknya harga barang.

Masalah lainnya yang mungkin merundung ekonomi dunia adalah sumber daya alam. Kebutuhan akan sumber daya alam terus meningkat, terutama di negara ambang industri. Kelangkaan dan juga melejitnya harga antara lain disebabkan konsentrasi geografis sumber daya alam, ketidakstabilan politik di negara yang kaya sumber daya alam dan kadang, seperti yang dilakukan Cina, pembatasan ekspor. Strategi yang dijalankan Cina sangat efektif kata ekonom Straubhaar:

"Cina secara strategis mendekati negara lain, terutama di Afrika, tapi juga kawasan sekitar India. Cina sebanyak mungkin membeli sumber daya alam dan sumber energi, menambangnya, memperluas eksploitasinya. Cina adalah pemain penting di pasar sumber daya alam internasional."

Tak heran, jika di masa depan Cina akan makin dilirik dunia. Tak hanya karena pertumbuhan ekonominya yang konstan tinggi tapi juga karena posisinya di pasar sumber daya alam dunia. Itulah alasannya mengapa banyak pihak berharap bahwa AS cepat pulih kembali. Karena ketergantungan pada satu ekonomi saja tentu tidak menguntungkan dalam jangka panjang.

Danhong Zhang/Ziphora Robina
Editor: Luky Setyarini