1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kemarahan Atas Pemerintah Adalah Peluang Bagi Taliban

12 Agustus 2010

14 juta orang di Pakistan menderita akibat bencana banjir. Militer Pakistan kewalahan dalam mengupayakan bantuan. Sementara peluang kelompok Islam radikal tampil sebagai satu-satunya penyelamat, kini semakin besar.

https://p.dw.com/p/OmZm
Foto: AP

Keadaan di wilayah banjir Pakistan kini benar-benar membuat orang putus asa. Seakan derita akibat banjir masih belum cukup, kini kelompok ekstrimis Islam menambah permasalahan menjadi semakin rumit. Mereka bertindak lebih cepat dari pemerintah Pakistan. Banjir besar di Pakistan kini tidak hanya merupakan upaya berpacu dengan waktu, agar dapat segera menolong para korban yang terancam luapan air banjir, kekurangan makanan, air ataupun obat-obatan, tetapi banjir besar ini juga memicu lomba untuk merebut simpati dan akal sehat masyarakat.

Bila Taliban saat ini mendesak pemerintah Pakistan untuk menolak uang bantuan dari barat dengan alasan bahwa uang itu toh akan masuk ke kantong politisi yang korup, maka ini adalah benar-benar propaganda yang murahan. Upaya ini tidak manusiawi karena perang mulut dengan dunia barat dilakukan di atas punggung rakyat yang menderita.

Tawaran paket menyeluruh

Di sini, yang benar-benar lebih berbahaya dan yang dampaknya diperkirakan akan jauh meluas adalah sesuatu yang lain, yakni upaya ektrimis religius, yang tidak otomatis harus Taliban, untuk menawarkan jasa sebagai tenaga bantuan. Korban banjir dapat dikatakan disodori tawaran sebuah paket menyeluruh yang berisikan sedikit pangan, sedikit obat-obatan dan sebuah pesan politik.

Dalam kebanyakan kasus, sayangnya pesan itu tidak meramalkan sesuatu yang baik bagi dunia barat. Apa yang kembali terjadi saat ini bukanlah suatu kejutan. Pada bencana gempa bumi 2005, di sejumlah lokasi, kelompok ektrimis juga lebih cepat mengulurkan bantuan pertama ketimbang pemerintah dan organisasi bantuan lainnya. Kenyataan ini amatlah mengkhawatirkan.

Perlombaan merebut hati dan akal sehat masyarakat pada dasarnya dapat dimenangkan pemerintah Pakistan dan dunia barat dengan mudah. Hanya, keputusasaan, juga kemarahan yang dirasakan banyak orang karena bantuan hingga saat ini masih belum juga tiba, sangat besar. Dan dimensi bencana yang luar biasa mempersulit penanganan dampak banjir.

Bencana bagi Pakistan dan dunia barat

Saat beberapa ribu korban di barat laut menerima penyaluran bantuan pangan, puluhan ribu orang di selatan Pakistan tiba-tiba kehilangan tempat tinggal. Saat banjir sedang menerjang negerinya, Presiden Pakistan Zardari tampaknya tidak memiliki gagasan yang lebih cerdik selain berkunjung ke Perancis dan Inggris. Ini sama sekali tidak dapat dimengerti sehingga tidak ada gunanya untuk memperdebatkannya di sini.

Berbagai organisasi bantuan menjerit karena bantuan masyarakat internasional tidak cukup, seperti yang dikeluhkan Oxfam Jerman. Palang Merah Internasional juga dengan jelas mengatakan bahwa mereka perlu lebih banyak uang.

Yang pasti dalam hal ini adalah bahwa negara-negara barat dan pemerintah Pakistan sebaiknya bergerak cepat bila ingin menang dalam perlombaan merebut hati dan akal sehat masyarakat. Negeri ini bagaimanapun juga harus berjuang bertahun-tahun untuk menghadapi dampak bencana banjir besar itu. Karena itu, menguatnya ektrimis hanya akan mempersulit permasalahan. Bila air telah surut, lalu tiba-tiba disadari banyak sekali terdapat simpatisan baru kelompok radikal, maka ini akan merupakan suatu bencana bagi dunia barat dan juga bagi Pakistan sendiri.

Kai Küstner/Christa Saloh

Editor: Agus Setiawan