1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keluarga Korban Desak Pelaku Perkosaan Digantung

31 Desember 2012

Keluarga korban pemerkosaan sebuah geng India mengatakan tidak akan diam sampai para pembunuh itu dihukum gantung. Pernyataan itu disampaikan bersamaan dengan berakhirnya penyelidikan polisi atas kasus itu.

https://p.dw.com/p/17BcZ
Foto: picture-alliance/dpa

Partai Kongres yang kini berkuasa, dilaporkan mendorong hukuman yang lebih berat bagi para pelaku kejahatan seksual, termasuk dengan cara dihukum kebiri secara kimia. Sementara otoritas New Delhi meluncurkan sebuah layanan telepon langsung untuk meningkatkan keselamatan bagi para perempuan di kota yang disebut sebagai “ibukota para pemerkosa di India“ itu.

Sekitar 400 pelajar universitas berkumpul di pusat kota Delhi hari Senin (31/12), bersumpah akan melanjutkan gerakan mereka sampai langkah-langkah keselamatan yang lebih baik ditegakkan dan mereka yang bersalah dihukum.

Hukuman Gantung

Perempuan korban pemerkosaan, yang disebut oleh kawan-kawannya sedang merencanakan perkawinan Februari mendatang itu akhirnya meninggal dunia akibat luka-luka yang dia alami, pada Sabtu lalu di sebuah rumah sakit Singapura, hampir dua pekan setelah dengan kejam diserang oleh segerombolan laki-laki dalam sebuah bus di New Delhi. Jenazahnya telah dikremasi pada hari Minggu.

“Perjuangan baru saja dimulai. Kami ingin semua terdakwa digantung dan kami akan berjuang untuk itu sampai akhir,” kata saudara laki-laki korban kepada The Indian Express dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Senin.

Kepolisian Delhi mengatakan bahwa penyelidikan mereka hampir tuntas, menunggu kedatangan dokumen hasil otopsi para dokter Singapura serta kesimpulan dari para ahli forensik. Tuntutan atas para pelaku akan diungkapkan pada hari Kamis.

“Kini terserah kepada pengadilan yang akan memutuskan kapan persidangan akan dimulai,” kata juru bicara Kepolisian India Rajan Bhagat.

Redakan Kemarahan Publik

Enam tersangka laki-laki akan menghadapi tuduhan pembunuhan setelah diduga mengajak seorang mahasiswi kedokteran berusia 23 tahun naik ke dalam sebuah bus pada 16 Desember lalu. Para tersangka kemudian memperkosa dan kemudian melukainya dengan sebuah batang besi sebelum melemparkan gadis itu dari atas kendaraan yang sedang melaju.

Laki-laki yang diharapkan bakal menikah dengan korban yakni seorang insinyur piranti lunak berusia 28 tahun juga mengalami luka serius setelah dia juga diserang dan dilemparkan ke jalan.

Untuk meredakan kemarahan publik terhadap polisi dan pejabat lokal atas kegagalan mencegah meluasnya kekerasan atas perempuan, pemerintah Delhi mengumumkan pemberian kompensasi sebesar sekitar Rp 300 juta kepada keluarga korban dan menjanjikan pekerjaan kepada salah satu anggota keluarganya.

Penderitaan Keluarga

Ayah korban mengungkapkan dampak tragedi itu kepada keluarganya. “Istri saya jarang makan selama dua pekan terakhir,” kata dia kepada wartawan. “Dia kelelahan… saya pikir dia tidak siap menghadapi kematian putri kami yang mengejutkan, meski para dokter telah mengatakan bahwa luka anak kami serius. Sepanjang Sabtu lalu, sebentar-sebentar dia menangis, dan semakin menjadi-jadi saat kami terbang pulang.“

Sang ayah yang ada di pinggir ranjang putrinya saat diumumkan meninggal dunia di Singapura mengatakan bahwa dirinya berusaha tegar saat menerima kepastian mengenai kematian putrinya itu.

“Itu terlalu menyakitkan. Saya masih belum berani masuk ke kamarnya. Dia dilahirkan di rumah ini. Buku-bukunya, pakaian, semua masih ada di sini,“ kata dia.

Penjara 30 tahun dan Kebiri bagi Pemerkosa

Serangan itu telah memperluas seruan agar para pelaku pemerkosaan dihukum mati di negara di mana kejahataan merupakan hal umum sehingga jarang disebut dalam pemberitaan di koran.

India memang memiliki aturan mengenai hukuman mati bagi kejahatan yang tergolong “sangat langka“ dan eksekusi itu hanya beberapa kali dilaksanakan.

Mohammed Ajmal Kasab, satu-satunya teroris pelaku serangan bersenjata di Mumbai 2008, bulan lalu digantung, namun itu adalah hukuman mati pertama yang dilakukan India selama delapan tahun terakhir.

Tekanan dan kemarahan warga memaksa Perdana Menteri Manmohan Singh memerintahkan seorang pensiunan hakim J.S. Verma untuk memimpin proses review atas undang-undang mengenai kejahatan seksual.

Menurut laporan, Partai Kongres akan mengusulkan agar para pemerkosa dijatuhi hukuman 30 tahun penjara dan dikebiri secara kimia.

“Beberapa usulan telah dibuat tapi kami tidak bisa memberikan komentar resmi pada tahap ini karena rancangannya belum selesai,“ kata seorang juru bicara Partai Kongres yang kini berkuasa di India.

AFP (ab/ hp)