1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Kekurangan Obat Anak di Jerman Seharusnya Dapat Dihindari

Kristie Pladson
23 Desember 2022

Jerman saat ini mengalami kelangkaan obat-obatan dasar, seperti parasetamol dan ibuprofen untuk anak-anak dan bayi. Ini mungkin mengejutkan, tetapi sebenarnya tidak perlu heran. Opini editor DW Kristie Pladson.

https://p.dw.com/p/4LKEo
Foto ilustrasi kesehatan anak
Foto ilustrasi kesehatan anakFoto: Ute Grabowsky/photothek/imago images

Saya selalu bersyukur ketika tinggal di Jerman karena memiliki akses ke perawatan kesehatan umum. Namun, belum hilang dari ingatan saya, ketika saya beberapa kali gagal mendapatkan vaksin dasar saat dalam perjalanan pulang, hanya karena Jerman tidak memiliki dosis vaksin yang tersisa.

Jerman, seperti negara-negara lain di dunia, menghabiskan beberapa tahun terakhirnya untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun sebenarnya, Jerman selama bertahun-tahun juga mengalami kekurangan obat dan seharusnya bisa mengantisipasi kelangkaan.

Setelah penguncian berakhir di sebagian besar negara di dunia, banyak juga negara yang mengalami gelombang besar penyakit pernapasan, termasuk human respiratory syncytial virus (RSV), virus yang sangat menular yang menginfeksi bayi dan balita. Dokter Jerman memperingatkan meningkatnya permintaan untuk perawatan telah membuat sistem perawatan intensif pediatrik di negara ini hampir runtuh.

Kommentarbild Kristie Pladson
Foto: Kristie Pladson

Berhenti menyalahkan negara lain

Secara teoritis, kita tahu masalah kekurangan obat akan mencuat. Tetap saja, kita sekarang terkejut mendengar tentang orang tua yang berusaha mencari bantuan untuk bayi mereka yang demam, karena tidak mendapat obat di apotek dan rumah sakit Jerman. Di antara obat-obatan dasar lainnya, parasetamol dan ibuprofen untuk anak-anak, yang membantu meredakan nyeri dan demam, juga tidak tersedia banyak lagi, menurut Institut Federal untuk Obat-obatan dan Alat Kesehatan.

Beberapa mungkin berteriak, "itu karena rantai pasokan terputus!". Dan ya, memang benar bahwa saat ini Cina dan India memproduksi banyak bahan aktif farmasi (API) dunia, komponen utama yang digunakan dalam obat-obatan, dan kebijakan nol-Covid di Cina telah membebani tatanan ekonomi global.

Namun, rantai pasokan tidak menyebabkan permintaan obat penurun demam seperti ibuprofen cair melonjak 800% dibandingkan tahun lalu. Bahkan sistem yang berfungsi dengan baik tetap harus berjuang untuk merespons dengan cepat peningkatan semacam itu.

Regulasi yang ketinggalan zaman

Juga bukan rantai pasokan yang mengatur harga obat di Jerman. Regulasi harga untuk obat-obatan adalah ide yang bagus, agar semua orang bisa mendapatkan obat yang dibutuhkan. Namun, regulasi harga yang ketatlah yang sebagian besar menyebabkan masalah kelangkaan obat seperti yang dihadapi Jerman saat ini.

Menurut Pro Generika, produsen obat generik berlabel Jerman, produsen parasetamol anak menerima bayaran 1,36 euro per botol obat selama sekitar 10 tahun terakhir. Padahal, bahan aktif obat sudah naik 70%. Selain itu, 12 tahun lalu ada belasan produsen besar parasetamol anak-anak di Jerman, sedangkan hari ini hanya ada satu.

Ada perdebatan tentang cara terbaik untuk memastikan bahwa orang memiliki akses ke obat-obatan yang diperlukan. Saya hanya mengatakan, Jerman seharusnya bisa membaca perkembangan ini sejak dulu. Manusia tidak pernah memiliki lebih banyak akses ke fakta dan pengetahuan, seperti saat ini. Sains dan data ada di mana-mana. Ketika institusi yang bertanggung jawab atas kesejahteraan publik gagal mengikuti perkembangan ini dan mengantisipasinya, tidak mengherankan kalau situasinya jadi kritis seperti sekarang.

(hp/ha)