1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kegiatan Murid Di Jerman Pada Hari Sosial

3 Juli 2005

Mencoba dunia kerja sambil beramal untuk anak-anak di negara miskin.

https://p.dw.com/p/CPX7
Foto: AP

Pelajaran Matematika, Bahasa Latin, Perancis, Agama dan juga Olah Raga. Hari-hari sekolah sungguh sesuatu yang penuh beban. Mungkin itu pikiran ribuan murid di Jerman, ketika untuk satu hari mereka mendapat kesempatan meninggalkan buku pelajarannya dan pergi bekerja. Juga Deutsche Welle di Bonn mendapat kunjungan dari dua murid perempuan yang rajin berjualan.

Dalam rangka Hari Sosial di seluruh Jerman yang pertama, sekitar 400 ribu murid berhasil menghasilkan sekitar 4 juta Euro atau kira-kira 47 milyar rupiah. Uang itu tidak masuk kantong para murid, melainkan disumbangkan untuk proyek bantuan di Asia, Amerika Latin, Afrika dan Eropa Tenggara.

Anna dan Jule menjajakan dagangannya dari kantor redaksi ke kantor redaksi lain, dengan kereta dorong yang berisi kopi dan kue wafel hangat. Aromanya menggoda para redaktur yang rela sejenak menghentikan kesibukan kerjanya untuk membeli dan menikmatinya

Anna: „Di sini penjualannya bagus. Sedangkan teman saya yang menjual bunga di sini, tidak begitu laku. Dan kopi: Kami pikir, sambil bekerja orang pasti ingin sesuatu untuk minum.“

Strategi penjualan Anna dan Jule, murid yang berusia 13 tahun itu membawa hasil. Belum ada satu jam, kue wafel hasil buatan mereka sendiri laris terjual kepada para redaktur. Sekarang mereka berjongkok di lantai menghitung hasil penjualannya

Seperti Anna dan Jule pada hari Sosial hampir 400 ribu murid di Jerman menukar ruang kelas mereka dengan tempat kerja. Mereka membantu di kebun, mencuci mobil milik tetangga atau berjualan mainan bekas di Flohmarkt atau pasar barang bekas. Para murid menentukan sendiri pekerjaan yang mereka lakukan. Yang penting inisiatif sendiri.

Delapan tahun lalu untuk pertama kalinya Hari Sosial dimulai, yang berlangsung setiap dua tahun sekali. Dari gagasan kecil-kecilan para murid menjadi aksi besar yang meningkat ke tingkat negara bagian. Hari Sosial merupakan gagasan dua yayasan yang bekerja sama dengan kementerian kebudayaan. Tahun ini untuk pertama kalinya Hari Sosial diselenggarakan secara nasional. Hasil kerja para murid disumbangkan kepada organisasi bantuan internasional. Para murid juga boleh menentukan proyek mana yang dibantu dengan uang yang mereka peroleh pada Hari Sosial. Demikian pula Anna dan Jule sudah tahu untuk proyek bantuan mana hasil penjualan wafel mereka:

„Di kelas lima kami pernah bersama-sama menonton sebuah film. Tentang situasi sekolah di India. Di sana tidak ada kursi maupun meja. Mereka terpaksa menjadikan kaki sebagai alas menulis. Kami tahu kemana dan apa yang dapat kami lakukan.“

Vivien Albers adalah salah satu organisator hari Sosial di negara bagian Nordrhein Westfalen. Ia yakin, aksi para remaja juga akan membentuk karakter mereka

Vivien Albers: „Hal itu memperkuat jiwa sosial para murid. Yang juga sangat bagus adalah kesan yang diperoleh para murid, mereka dapat berbuat sesuatu. Mereka tidak hanya berkata OK, saya menyumbang 5 Euro. Tapi mereka juga merasakan, jika saya aktif dan berbuat sesuatu dalam satu hari, saya juga dapat melakukan sesuatu yang berarti."

Fabian Brucoli bekerja di sebuah kedai penjualan es di Köln. Murid berusia 13 tahun itu menyapa para pengunjung dengan profesional, seperti bosnya yang berasal dari Italia. Fabian membantu di dapur, mencuci piring dan gelas, membantu membuat es dan melayani para pembeli. Fabian bekerja 3 atau 4 jam di kedai es tersebut dan mendapat upah 10 Euro atau sekitar 13 ribu per jam. Untuk pertama kalinya ia berkenalan dengan dunia kerja.

Fabian: „Saya pikir ini ok saja. Anak-anak dapat belajar bagaimana rasanya bekerja untuk mendapat uang. Hasilnya akan berguna bagi anak-anak miskin di Afrika dan Amerika Latin. Sekolah kami mempunyai mitra sekolah di Malawi dan uang hasil kerja kami juga akan disumbangkan ke sana.“

Banyak remaja memanfaatkan Hari Sosial sebagai kesempatan praktek kerja sehari. Selain melakukan sesuatu yang berguna, murid-murid sekaligus mendapat gambaran menarik berbagai lapangan kerja. Sekarang Fabian Brucoli tahu pasti, di masa depan ia tidak mau bekerja sebagai penjual es.