1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebangkitan Kembali Kaum Oposisi Myanmar

12 Februari 2012

Di Myanmar, mahasiswa merupakan barisan penentang pemerintah terpenting setelah para biksu. Banyak dari mereka yang dibebaskan dan kembali berkecimpung di dunia politik.

https://p.dw.com/p/142Dk
Foto: picture alliance/dpa

Di Myanmar yang dulu bernama Birma sejak 1988 hingga 2007 terdapat gerakan perlawanan menentang rezim militer yang berkuasa. Para biksu yang terutama berani menyuarakan pendapatnya. Mahasiswa juga tidak kalah aktif. Mereka bergabung dalam gerakan oposisi.

Beberapa pekan lalu, banyak aktivis dari kalangan mahasiswa yang bertahun-tahun dipenjara, dibebaskan. Mereka kembali memegang peranan penting di Myanmar. Kelompok yang disebut "88GenerationStudentsGroup" dianggap sebagai calon faktor penting politis di Myanmar.

Harus Tetap Berhati-hati

Pemimpin oposisi Birma Aung San Suu Kyi di tengah pendukungnya. (Foto: EPA)
Pemimpin oposisi Birma Aung San Suu Kyi di tengah pendukungnya.Foto: picture-alliance/dpa

Di kawasan pinggiran Yangun, ada warung kopi tempat berkumpul para remaja kota itu. Di lantai pertama, pojok belakang, duduk empat pemuda berusia pertengahan 20. Mereka baru saja dibebaskan dari penjara setelah menjalani hukuman empat tahun. Pada tahun 2007, para mahasiswa itu memprotes rezim militer kala itu, bersama para biksu yang tergabung dalam Revolusi Safran.

Sejak beberapa pekan lalu, empat pemuda itu kembali menghirup udara kebebasan, dan mereka masih berhati-hati. Makanya mereka kini hanya berani duduk di pojokan di warung kopi itu. Seorang di antaranya Di Nyein Linh, usia 23 tahun.

"Waktu itu sangat mencekam, situasinya parah. Ayah saya juga di penjara, namun di penjara yang berbeda, jauh dari Yangun. Awalnya kami dipukuli, tapi lalu situasinya membaik, saat tekanan internasional terhadap rezim meningkat," ungkap Di Nyein Linh.

Aktivis Turun-Temurun

Di Nyein Linh termasuk dalam kelompok "88GenerationStudentsGroup", yang dipimpin gerakan perlawanan tahun 1988. Banyak dari anggotanya mendekam di penjara hingga 20 tahun. Kakek Di Nyein Linh bersama Peraih Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi memenangkan pemilu 1990. Bukannya duduk di parlemen, ia malah dipenjara dan wafat di penjara Insein yang terkenal keburukannya.

Pemimpin gerakan mahasiswa waktu itu, kini berusia 50 tahunan, merayakan pembebasan mereka di sebuah rumah makan mewah tepi danau di Yangun. Di antaranya So so Linn, ayah Din Nyein Linh. "Ibu saya tentu saja sangat senang, seperti juga semua tahanan politik di negara ini yang dibebaskan. Tapi kami tidak boleh lupa, belum semuanya dibebaskan," ujar Din Nyein Linh.

Kembali ke Dunia Politik

Biksu di Myanmar juga lantang menyuarakan aspirasinya. (Foto: Reuters)
Biksu di Myanmar juga lantang menyuarakan aspirasinya.Foto: Reuters

Hingga 300 tokoh oposisi yang masih di penjara, tidak ada yang tahu jumlah pastinya. Ko Ko Gyi adalah salah seorang pemimpin "88GenerationStudentsGroup". Sejak ia dibebaskan pertengahan Januari lalu, Ko Ko Gyi tinggal di rumah abangnya. Ia belum berkeluarga dan kedua orang tuanya sudah meninggal.

Kini, Ko Ko Gyi, memusatkan seluruh perhatiannya untuk politik dan mendukung Aung San Suu Kyi. Menurutnya, suatu hari "88GenerationStudentsGroup" akan mendirikan partai. Tapi, tambahnya, saat ini belum ada rencana untuk itu.

Generasi Muda yang Bermasa Depan Suram

Bagi para mahasiswa di warung kopi pinggiran Yangun, yang penting bagi mereka adalah masa depan pribadi. Mahasiswa ilmu ekonomi berumur 24 tahun Si Tu Maung mengatakan, "Saya ingin menyelesaikan kuliah, tapi sampai hari ini saya tidak mengantongi izinnya. Saya juga tidak bisa kuliah di luar negeri karena tidak punya paspor."

Mereka yang berhasil mengantongi ijazah sarjana pun sulit mendapatkan pekerjaan di Myanmar. Mereka yang putus kuliah atau harus berhenti kuliah, mencari nafkah sebagai pedagang asongan atau tukang ojek. Banyak orang muda di Yangun menyambung hidupnya dengan penghasilan per hari beberapa dollar saja.

Udo Schmidt/Luky Setyarini

Editor: Ayu Purwaningsih