1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keadaan Darurat di Riau

27 Februari 2014

Provinsi Riau mengumumkan keadaan darurat hari Kamis (27/2), menyusul kabut asap akibat kebakaran hutan, yang mengganggu penerbangan dan pelayaran dan menyebabkan meningkatnya penyakit infeksi pernafasan.

https://p.dw.com/p/1BGth
Foto: ROMEO GACAD/AFP/Getty Images

Badan Penanggulangan Bencana Nasional mengatakan provinsi berpenduduk 5 juta jiwa, yang merupakan wilayah besar bagi perkebunan sawit, telah terganggu asap selama beberapa pekan akibat praktik pembukaan lahan ilegal dan musim kemarau berkepanjangan.

“Menurut data yang kami miliki, api telah memburuk dan harus dipadamkan dengan bom air dari pesawat dan kami siap melakukannya,“ kata Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara badan penanggulangan bencana.

Gambar-gambar TV Reuters memperlihatkan asap mengepul dari sejumlah wilayah pembakaran lahan, sementara para petugas yang berjuang untuk memadamkan api besar mengeluh karena peralatan dan pasokan air yang terbatas.

Pemerintah provinsi telah membagi-bagikan masker dan menyerukan kepada warga untuk tetap berada di dalam rumah.

“Situasinya mengkhawatirkan… karena kami melihat bertambahnya kasus penyakit saluran pernafasan yang hanya 5.000 kasus pada Januari lalu kini menjadi 22.000 kasus,“ kata Zainal Arifin, kepala departemen kesehatan provinsi Riau.

Sejumlah penerbangan dibatalkan atau dialihkan dari bandara Riau akibat menurunnya jarak pandang hingga kurang dari 1 kilometer, demikian keterangan dari badan penanggulangan bencana.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia kepada Reuters mengatakan bahwa asap itu telah menyebabkan tertundanya pengiriman sawit dari bandara dan pelabuhan di provinsi tetangga Sumatera Utara, meski mereka tidak memberikan rincian informasi lebih jauh.

Ganggu negara tetangga

Kabut asap adalah masalah yang selalu muncul menganggu Indonesia dan negara-negara tetangganya, yang sering disebabkan oleh para petani dan perusahaan yang membakar hutan untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meminta maaf kepada Negara tetangga Singapura dan Malaysia pada pertengahan 2013, ketika negara-negara itu diselimuti asap tebal akibat kebakaran hutan di Indonesia.

Analis memperkirakan tahun lalu bahwa Singapura mengalami kerugian mencapai hampir 1 milyar dollar akibat peristiwa yang disebut sebagai krisis polusi udara terburuk di Asia selama 16 tahun terakhir.

Badan metereologi Indonesia mengatakan bahwa angin bergerak ke arah barat daya, jauh dari Singapura. Tapi pergeseran arah angin, yang biasa terjadi menjelang akhir musim hujan bulan April atau Mei di Indonesia, akan bisa membuat asap menuju negara kota itu lagi.

Kepolisian Indonesia telah menangkap 26 orang pekan lalu dalam kaitan dengan kebakaran dan pembukaan lahan ilegal, yang menimpa kawasan hutan seluas sekitar 2.000 hektar.

ab/hp (rtr,ap,afp)