1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kasus Pelecehan Diplomat, Israel Minta Maaf pada Turki

14 Januari 2010

Krisis diplomatik antara Israel dan Turki untuk sementara dapat diredakan. Israel secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Turki, atas pelecehan yang disengaja terhadap duta besar Turki di Tel Aviv.

https://p.dw.com/p/LVXX
Duta besar Turki untuk Israel Ahmet Oguz Celikkol (kanan) duduk di kursi yang lebih rendah di kantor Kementrian Luar Negeri IsraelFoto: AP

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, Ankara telah menerima permohonan maaf secara tertulis dari Israel itu. Dengan demikian untuk sementara sengketa diplomatik antara Israel dan Turki dapat diredakan. Demikian laporan stasiun televisi CNN-Turki hari Kamis (14/01). Dengan peredaan krisis diplomatik di menit-menit terakhir itu, rencana kunjungan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak ke Turki akhir pekan ini dapat dilaksanakan, kata Davutoglu menambahkan.

Pemicu sengketa diplomatik ini adalah sikap Wakil Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon yang secara disengaja melecehkan dan menghina duta besar Turki untuk Israel, Ahmet Oguz Celikkol. Sebelumnya Celikkol dipanggil ke Kementrian Luar Negeri Israel untuk menerima nota protes atas tayangan film seri di televisi Turki yang dinilai bernada anti Yahudi.

Ayalon sengaja merekayasa pertemuan itu untuk menghina Celikkol. Di depan kamera televisi, Ayalon sengaja tidak menjabat tangan Celikkol ketika duta besar Turki itu datang. Di atas meja pertemuan hanya dipasang bendera Israel, tidak ada bendera Turki. Selain itu, ketika petugas rumah tangga hendak menyajikan minuman, Ayalon memerintahkan untuk membawanya kembali ke dalam. Yang paling menyakitkan adalah, Celikkol diberi tempat duduk yang posisinya lebih rendah dari tempat duduk Ayalon. Kepada para juru foto media cetak dan kameraman televisi, Ayalon juga memerintahkan pengambilan gambar, yang menegaskan bahwa perwakilan Turki itu duduk dalam posisi lebih rendah.

Celikkol mengatakan kepada surat kabar terkemuka Israel, Jediot Achronot, bahwa sepanjang kariernya sebagai diplomat selama 35 tahun, ia tidak pernah memperoleh perlakuan yang amat menghina semacam itu. Media-media di Israel mayoritasnya juga mengecam sikap Wakil Menteri Luar Negari Ayalon, yang dinilai sebagai tingkah laku kekanak-kanakan. Hanya media-media ultra nasionalis yang memuji sikap pelecehan semacam itu sebagai membela kehormatan Israel.

Wakil Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon setelah itu berusaha untuk memberikan penjelasan dan permohonan maaf secara singkat. Presiden Turki, Abdullah Güll menolak permohonan maaf yang diajukan oleh Ayalon. Ia menuntut permintaan maaf resmi dari perwakilan negara Israel. Jika tidak, Güll mengancam dengan tindakan diplomatik lebih lanjut, yakni menarik duta besarnya dari Israel.

Setelah permintaan maaf resmi Israel diterima oleh Turki, masalah sengketa diplomatik dengan Israel tidak otomatis selesai. Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu menegaskan, Ankara akan tetap mengritik tindakan Israel di Jalur Gaza, hingga negara itu melancarkan politik damai. Selain itu PM Turki Reccep Tayyip Erdogan berulangkali mendesak, dalam sengketa atom dengan Iran juga hendaknya dibicarakan tema senjata atom Israel yang disembunyikan dari pengawasan masyarakat internasional. Hubungan diplomatik antara Turki dan Israel tegang, sejak dilancarkannya invasi militer Israel ke Jalur Gaza setahun lalu.

AS/AR/dpa/afp