1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Karnaval der Kulturen di Berlin

17 Juni 2011

Ratusan ribu orang menunjukkan toleransi dan rasa saling menghargai dalampesta budaya jalanan terbesar di Berlin, Karneval der Kulturen.

https://p.dw.com/p/11cmb
Foto: AP/DW-Montage

Karneval der Kulturen atau karneval berbagai budaya yang berlangsung wilayah Kreuzberg, Berlin digelar untuk keenam belas kalinya digelar. Kali ini diikuti sekitar 5000 peserta yang terbagi kedalam 95 grup, mewakili 70 budaya dari benua Amerika, Afrika, Asia dan Eropa. Hampir seluruh peserta berdomisili di Jerman. Toleransi dan rasa saling menghargai antar bangsa dan budaya yang berbeda-beda itulah tujuan yang ingin disampaikan oleh pesta budaya jalanan terbesar di Berlin ini.

Untuk acara ini panitia sengaja tidak menentukan temanya, Stefanie Schatte menjelaskan, "Kami tidak memilih tema, karena kami ingin agar setiap regu yang berpartisipasi mencari temanya sendiri. Kami khawatir, bila kami menetapkan suatu tema maka semua regu akan menerimanya begitu saja, dan itu bukan yang kami maui. Kami ingin agar mereka menemukan temanya sendiri sehingga mereka bisa secara kreatif mengolahnya".

Dimulai jam 12 siang, acara selesai sekitar pukul 8 malam. Pawai karneval ini menempuh 3 kilometer, kira-kira 3 sampai 4 jam untuk sampai ke tujuan. Mereka sengaja berjalan lambat agar bisa lama mendemonstrasikan karyanya kehadapan penonoton yang jumlahnya ratusan ribu orang.

Grup-grup tersebut ada yang menggunakan truk atau bus yang dihias, gerobak hias atau berjalan kaki. Kostum mereka mencerminkan negara yang diwakili. Banyak peserta bertopeng atau muka yang di make up serta dihiasi emblem-emblem lainnya. Tak ketinggalan, setiap regu diiringi musik baik yang tradisional atau modern. Suasana sungguh ramai siang itu.

Flash-Galerie Karneval der Kulturen 2011
Foto: picture-alliance/dpa

Penduduk Berlin sekejap nampak bersatu oleh karneval tersebut, Stefanie Schatte tentang fenomena ini, "Rasa kebersamaan dan rasa bangga tinggal di kota berlin dengan penduduknya yang berlatar belakang budaya yang berbeda adalah cerminan dari rasa saling menghargai. Setelah pesta karneval ini warga pulang kerumahnya dengan membawa bekal telah bersentuhan dengan budaya yang beraneka ragam dan merasa senang tinggal di kota ini“

Diantara perwakilan negara-negara Asia nampak grup India. Tema dari grup yang bernama Ratha Yatra ini adalah cinta universal terhadap sang Pelindung. Ratha Yatra juga merupakan nama upacara keagamaan di India yang dirayakan setiap tahun. Anggota Ratha Yatra berkisar 30 orang. Beberapa anggota menarik gerobak yang dihias dengan ornamen-ornamen Hindu. Di dalam gerobak tersebut duduk seorang anak kecil dan seorang perempuan. Anggota lainnya menari dan memainkan alat musik India, bernyanyi sepanjang perjalanan. Penonton yang bersorak menyambut atraksi grup tersebut dan ikut menari dan menanyi.

Seorang anggota grup ini yang berkewarganegaraan Jerman namun memiliki nama India Kamalakanta Das menambahkan, "Ya, tentu saja. Pada acara ini orang memiliki kesempatan untuk berkenalan dengan budaya yang lain. Sementara pada kesempatan yang lain mereka hampir tidak memiliki kesempatan seperti ini. Dan tentu saja tujuan karneval ini sangat bagus".

Mencolok juga grup dari Thailand yang membawa sebuah kapal laut kecil berukuran sekitar 2 meter panjangnya yang diangkut sebuah gerobak. Sekitar 40 orang dari grup Thai Smile atau senyum Thailand yang mengawal kapal itu, juga memainkan musik tradisi dan menari sepanjang jalan.

Kapal ini menggambarkan kapal laut yang baru, stabil dan dibuat oleh warga Thailand dengan semangat solidaritas. Sonthaya Etschenberg, juru bicara grup ini entusias mengikuti acara ini, "Saya berpendapat bahwa acara Karneval der Kulturen berguna. Banyak orang yang datang untuk menonton. Dan itu tentu saja merupakan satu bentuk adanya hubungan antar warga disini. Bagusnya, mereka melihat tidak hanya grup-grup yang mewakili bangsanya masing-masing, tapi juga grup-grup yang menggambarkan suasana politik di negara mereka“

Menurut jurubicara Thai Smile itu, kapal yang mereka bangun bersama itu melambangkan masyarakat Thailand yang ingin bangkit dari penderitaan yang mereka alami baik itu akibat dari kerusuhan politik maupun bencana tsunami.Hal yang masih mereka pikirkan meski kini tinggal di Berlin.

Boboy Simanjuntak
Editor: Edith Koesoemawiria