1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kanselir Jerman Angela Merkel di Turki

29 Maret 2010

Agenda utama pembicaraan Kanselir Jerman Merkel dengan Perdana Menteri Erdogan di Ankara (29/03) menyangkut rencana keanggotaan Turki di Uni Eropa, integrasi kaum muda Turki di Jerman dan sengketa atom dengan Iran.

https://p.dw.com/p/MhMH
Kanselir Jerman Angela Merkel (kiri) dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara (29/03)Foto: AP

Pada awal pembicaraannya di Ankara, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengutarakan rasa terkejut dan mencela serangan teror di Moskow Senin pagi (29/03) waktu setempat. Pada lawatannya di Turki, Senin (29/03), Merkel membicarakan sebuah isu penting yang cukup peka bagi Turki, yaitu rencana keanggotaannya di Uni Eropa. Merkel tetap berpendapat bahwa keterlibatan Turki di UE terbatas pada yang disebut kemitraan privilese atau kemitraan dengan hak istimewa.

Sikap ini dinilai Erdogan sebagai penghinaan, tetapi Merkel mengaku mengerti sikap itu: "Saya sekarang mengerti bahwa kemitraan dengan hak istimewa sama sekali tidak mempunyai konotasi yang baik di Turki, kedengarannya tidak bagus. Bagi kami ini sebenarnya adalah sebuah hubungan khusus dengan UE, yang lebih baik ketimbang dengan sejumlah besar negara lainnya. Walaupun begitu menurut saya, hasil proses ini masih terbuka. Pemerintah Jerman berpegang teguh pada proses ini. Bagi saya tampaknya ada satu isu lagi yang penting, yaitu isu seputar Protokol Ankara atau tema mengenai Cyprus yang harus diselesaikan agar kami dapat maju selangkah."

Yang dimaksudkan adalah akses Cyprus ke berbagai pelabuhan dan bandar udara Turki. Ini adalah persyaratan bagi keanggotaan UE yang diajukan kepada Turki, tetapi tampaknya belum juga dilaksanakan.

Türkei Deutschland Angela Merkel in Ankara bei Recep Erdogan
Foto: AP

Integrasi adalah isu sangat penting

Pada pertemuan hari Senin (29/03) kedua pemimpin pemerintah berupaya untuk sebisanya hanya menggunakan kata-kata ramah, mengingat pemberitaan mengenai pernyataam kritis kedua politisi berkaitan dengan sekolah Turki di Jerman yang ramai diberitakan media. Erdogan bereaksi dengan peka atas usulannya yang ditolak Merkel, yaitu membuka sekolah Turki di Jerman. Sebelum mendarat di Ankara, pejabat tinggi urusan integrasi Maria Böhmer mengungkapkan, saat ini sudah ada sekolah semacam itu di Jerman.

Dan menurut Merkel, sekolah yang hanya dikunjungi siswa Turki saja bertentangan dengan upaya integrasi Jerman. Di Ankara Merkel mengutarakan: "Bagi saya yang penting tentu saja bukan orang yang dapat tinggal di Jerman dan tidak dapat berbicara bahasa Jerman, melainkan seseorang yang akan mempelajari kedua bahasa itu. Dan bahasa negeri di mana warga itu tinggal adalah prasyarat bagi sebuah integrasi yang baik. Ini tidak menyangkut asimilasi. Ini sama sekali bukan tujuan kami. Yang penting adalah bahwa setiap orang dapat memelihara akar, budaya dan agamanya. Tetapi bila sudah menetap di Jerman sejak tiga dan empat generasi, orang itu tentu saja harus punya kesempatan, misalnya menjadi guru, polisi, kuliah dan kemudian menjadi ilmuwan. Dengan begitu mereka ikut aktif dalam masyarakat Jerman tanpa melupakan masa lalu dan budayanya."

Türkei Deutschland Angela Merkel in Ankara bei Recep Erdogan
Foto: AP

Perbedaan pendapat mengenai sanksi Iran

Sikap kedua pemimpin pemerintah mengenai sanksi terhadap Iran yang sangat berbeda dibungkus dengan apiknya dalam perjumpaan itu. Erdogan menyatakan bahwa masalah atom harus diselesaikan melalui jalan diplomasi. Ia juga menyinggung bahwa di kawasan lain di wilayah itu juga terdapat senjata nuklir dan tidak ada sanksi untuk itu.

Mengenai tuduhan genosida terhadap warga Armenia tahun 1915, Erdogan mengatakan bahwa sejarawanlah yang sebaiknya mencermati hal itu dan bukan politisi. Sementara Kanselir Merkel secara sopan dan diplomatis menyebut adanya kemajuan dalam upaya pendekatan antara Turki dan Armenia.

Sabine Adler/Christa Saloh

Editor: Ziphora Robina