1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kanker Subsidi

Andy Budiman29 April 2013

Awal Mei, pemerintah akhirnya secara bertahap mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak BBM. Sejak lama subsidi minyak menjadi mainan para politisi. Kebijakan politik yang mengorbankan ekonomi.

https://p.dw.com/p/18OqU
Foto: AP

Subsidi minyak adalah kanker di tubuh kita.

Bertahun-tahun kita kecanduan bensin murah.

Sebagaimana terjadi di banyak rejim otoriter lainnya, orde baru menjadikan subsidi sebagai alat untuk menjaga stabilitas dan ketertiban umum. Mengabaikan peringatan para ekonom akan bahaya yang muncul.

Terbukti, subsidi BBM hanya menciptakan stabilitas semu. Ketika krisis moneter melanda dan pemerintah terpaksa mengurangi subsidi, kekacauan terjadi, dan rejim Soeharto akhirnya tumbang.

Di era reformasi subsidi masih dipertahankan. Harga minyak di Indonesia hanya setengah dari harga di pasar dunia.

Para politisi tak berani melanggar tabu, dan ironisnya mereka mengikuti jejak Soeharto, menjadikan minyak sebagai komoditas politik.

Bedanya, kalau dulu subsidi dipakai untuk menjaga ketertiban, maka kini para politisi menggunakan isu BBM untuk popularitas.

Lihatlah, bagaimana tahun lalu para politisi Senayan mendapat applaus karena “perjuangan” menolak rencana kenaikan harga minyak.

Dan kita, rakyat Indonesia yang pada akhirnya harus menanggung kebijakan “heroik” yang dibuat para politisi.

Nilai subsidi BBM hari ini membengkak dan memakan lebih dari 16 persen dari total anggaran.

Subsidi itu ironisnya hanya menyentuh segelintir rakyat miskin. 80 persen penikmat bensin murah adalah pemilik kendaraan pribadi dan para penjahat yang menyelundupkan BBM bersubsidi ke pasar gelap.

Pembengkakan subsidi menyebabkan anggaran kita terus mengalami defisit. Sekali lagi, pada akhirnya yang harus menanggung itu semua adalah kita: rakyat, para pembayar pajak.

Mulai Mei, subsidi akan dikurangi. Sebuah keputusan berat yang harus kita tanggung bersama. Ini ibarat pil pahit yang harus kita telan, untuk mencegah menyebarnya kanker seiring membengkaknya subsidi BBM.