1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kamila Shamsie : Pakistan Terlibat Dalam Perkembangan Taliban

29 April 2010

Dua penulis asal Pakistan berkomentar tentang pandangan kritis mereka terhadap keterlibatan Pakistan dalam konflik di Afghanistan.

https://p.dw.com/p/N9QI

Peranan Pakistan dalam konflik di Afghanistan menuai kritik dari negara-negara barat akhir-akhir ini. Seorang penulis asal Pakistan, Kamila Shamsie, memiliki pendapat yang sama. "Semua kritik tersebut tidak bisa disalahkan. Dalam 30 tahun terakhir, Pakistan tidak memperlakukan Afghanistan seperti negara yang memiliki penduduk yang masih hidup, melainkan sebagai alat strategis dalam perang mereka melawan India. Pakistan turut membuat Taliban menjadi kelompok yang kuat. Sebagian besar dari mereka berkembang di kamp-kamp di Pakistan. Keputusan untuk melakukan Jihad menjadi populer di tahun 80an adalah perbuatan Pakistan dalam kaitannya dengan pemerintahan Amerika Serikat. Jadi banyak hal di Afghanistan yang terjadi karena kesalahan Pakistan."

Buku terakhir Shamsies 'Bayangan Yang Padam' bercerita mengenai aksi kekerasan dalam abad dan benua yang berbeda-beda. Puncaknya adalah perang Afghanistan yang dianggap sebagai akibat dari serangan teror 11 September 2001. Buku Nadeem Aslam 'Rumah Pancaindera', sebaliknya bercerita tentang satu rumah di Afghanistan. Sang penulis mengisahkan peranan negara yang berbeda-beda di Hindukush. Diantaranya Pakistan, yang sepertinya tidak bisa lagi dilepaskan dari Afghanistan. "Benazir Bhutto turut membantu menciptakan Taliban. Ini kami tahu persis. Dan Taliban juga lah yang membunuhnya. Ini bukan cerita yang dibuat-buat. Ini kisah yang selalu Anda dengar saat masih kecil. 'Kalau kamu berbuat jahat, maka perbuatan jahat juga akan terjadi pada mu.' Mengapa ia berpikir, bahwa ia akan luput dari pembalasannya?"

Suara-suara kritis seperti ini memang telah menjadi bagian dari diskusi terbuka di Pakistan. Tetapi, yang mendominasi tetap saja tuduhan bahwa semua masalah di Afghanistan adalah disebabkan oleh negara asing, terutama Amerika Serikat dan India. Kamila Shamsie menegaskan : "Karakter tidak simpatik negara saya sayangnya adalah kecenderungan untuk tidak mengakui kesalahan dan tanggung jawab. Tentu saja hal paling mudah adalah menyalahkan pihak lain. Saya sendiri tidak tahu, mengapa budaya menyalahkan di Pakistan setelah merdeka menjadi semakin parah. Pasti ada satu titik yang menyulutnya. Tetapi saya tidak tahu kapan."

Dalam sejarah Pakistan, sistem sensor menghindari terjadinya kesalahan sendiri dalam pembaharuan terbuka. Tetapi Shamsie juga menyadari, bahwa menjamurnya media-media swasta saat ini tidak banyak mengubahnya. Bagi Nadeem Aslam, ada semacam usaha melupakan masalah yang terjadi di Afghanistan. "Dalam buku saya, saya ingin kembali mengungkit tentang Afghanistan dan mengatakan kepada dunia : Lihat, kita semua melakukan kesalahan terhadap belahan dunia ini. Sekarang kita harus menanggung resikonya. Dan ini karena kita selalu berpikir, ini kan hanya Afghanistan. Ini tempat yang tidak ada kaitannya dengan kita."

Baik Nadeem Aslam dan juga Kamila Shamsia memiliki harapan, buku-buku karya mereka bisa memulai sebuah perdebatan baru. Baik di Pakistan sendiri mau pun di seluruh dunia.

Thomas Bärthlein / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Asril Ridwan