1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jurnalis Ukraina Dapat Penghargaan Freedom of Speech Award

Monir Ghaedi
21 Juni 2022

Dua wartawan Ukraina, Mstyslav Chernov dan Evgeniy Maloletka, hari Senin malam (20/6) di Bonn menerima penghargaan DW Freedom of Speech Award 2002 untuk pekerjaan mereka mendokumentasikan pengepungan kota Mariupol.

https://p.dw.com/p/4CxXB
Pemenang Freedom of Speech Award 2022 Mstyslav Chernov (kiri) dan Evgeniy Maloletka (kanan)
Pemenang Freedom of Speech Award 2022 Mstyslav Chernov (kiri) dan Evgeniy Maloletka (kanan) di BonnFoto: Ronka Oberhammer/DW

Seorang jurnalis Ukraina, Mstyslav Chernov, menceritakan pengalamannya meliput situasi perang di Ukraina akibat invasi Rusia.

"Dari semua yang saya lihat di Mariupol, ada satu gambaran yang melekat pada saya: Mayat seorang bayi tergeletak di lantai bawah sebuah rumah sakit," kata Mstyslav Chernov kepada DW. Dia membuat foto terakhirnya di Mariupol pada pertengahan Maret, sesaat sebelum meninggalkan kota yang terkepung itu.

"Kami sedang syuting di rumah sakit, seorang dokter datang dan meminta saya untuk mengikutinya ke halaman belakang," kata Chernov. "Di sana, saya tiba-tiba melihat lusinan mayat, tergeletak di tanah, dalam tas, atau terbungkus karpet."

Mayat-mayat itu, kata Chernov, adalah warga sipil yang tewas dalam penembakan. Dokter kemudian membawanya ke ruang bawah tanah, di mana lebih banyak mayat terbaring. "Di antaranya ada paket kecil ini. Dokter membungkukkan tubuh ke depan dan membuka bungkusnya, lalu saya melihat tubuh seorang bayi kecil. Di sebelahnya ada selembar kertas yang mengatakan bayi itu berumur 23 hari."

Kota Mariupol hancur oleh pemboman bertubi-tubi Rusia
Kota Mariupol hancur oleh pemboman bertubi-tubi RusiaFoto: Pavel Klimov/REUTERS

Foto-foto melawan propaganda Moskow

Mstyslav Chernov adalah staf jurnalis video untuk kantor berita The Associated Press. Dia dan rekannya, fotografer lepas Evgeniy Maloletka, melakukan  liputan di Mariupol pada bulan Februari dan Maret. Foto dan video mereka dengan detail menceritakan bagaimana Mariupol jatuh ke dalam kehancuran dan kekacauan di bawah pemboman besar-besaran oleh pasukan Rusia. Kedua wartawan mendokumentasikan kondisi warga yang putus asa, terputus dari jaringan gas dan listrik, kekurangan makanan dan air minum selama berminggu-minggu. Mereka merekam gambar kuburan massal yang dipenuhi mayat warga sipil dan anak-anak.

Pada 9 Maret, Maloletka mengambil foto petugas medis yang membawa seorang wanita hamil yang terluka keluar dari rumah sakit bersalin yang hancur akibat serangan udara Rusia. Chernov juga merekam adegan itu. Wanita hamil dan bayinya kemudian meninggal, sementara foto itu tersebar di internet. Gambar-gambar itu kemudian menjadi berita utama di berbagai media.

"Kami tidak punya kesempatan, atau tidak selalu punya akses ke internet untuk memantau media," kata Chernov. "Namun, ketika serangan udara di rumah sakit bersalin terjadi, saya menyadari bahwa ini akan menjadi salah satu momen dan gambaran paling penting dari perang ini."

Sementara media Rusia membombardir publik dengan klaim bahwa pasukan mereka tidak membahayakan warga sipil. Rusia mengatakan foto yang viral dari Mariupol itu adalah foto palsu.

Bertekad kembali ke Ukraina

Baik Chernov maupun Maloletka tidak asing dengan daerah krisis. Chernov telah melaporkan dari zona perang di Suriah, Irak dan Myanmar; sementara Maloletka telah menghabiskan bertahun-tahun meliput konflik di wilayah Donbas dan Krimea.

Tapi bagi mereka, Mariupol berbeda. "Itu mungkin salah satu tugas tersulit dan paling berbahaya yang pernah saya lakukan," kata Chernov.

"Perang ini sangat berbahaya dan tidak terduga, dengan senjata yang sangat canggih," jelasnya. "Jadi, saat Anda mengkhawatirkan nyawa Anda, Anda juga merasakan tekanan untuk menghasilkan materi dan mengirimkannya, karena itu penting."

Sejak awal perang, pasukan Rusia telah berulang kali menembaki wartawan. Pada 13 Juni 2022, setidaknya 12 jurnalis dipastikan tewas di zona pertempuran Ukraina, menurut Komite Perlindungan Jurnalis CPJ. Beberapa wartawan lain telah dilaporkan hilang, diculik atau dibunuh dalam keadaan yang tidak diketahui.

Pada 2 April, sekitar dua minggu setelah Chernov dan Maloletka meninggalkan Mariupol, tentara Rusia menembak mati pembuat film dokumenter Lituania, Mantas Kvedaravicius. Sekalipun banyak risiko, Chernov dan Maloletka berencana untuk kembali ke garis depan setelah kunjungan singkat di Jerman, untuk menerima penghargaan DW di Bonn.

Dengan penghargaan Fredom of Speech Award, DW menghormati individu atau inisiatif media yang mempromosikani kebebasan berekspresi dan kebebasan pers. Penghargaan itu diserahkan kepada kedua jurnalis tersebut pada Senin malam (20/6) di kota Bonn.

(hp/pkp)