1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

290610 Portrait Gauck

29 Juni 2010

Seorang politisi yang kritis yang sangat populer di mata masyarakat Jerman. Topik tentang kebebasan, secara sosial politik maupun rohani, senantiasa mendapat perhatian dari Gauck.

https://p.dw.com/p/O6n6
Joachim GauckFoto: DW

Barangsiapa menyebut dirinya sebagai konservatif liberal kiri, bisa dianggap hanya ingin menyenangkan semua pihak. Tidak demikian halnya dengan Joachim Gauck. Bahwa ia orang yang independen, sudah dibuktikan teolog kelahiran tahun 1940 di Rostock itu sejak remaja. Putra kapten militer itu menolak untuk masuk organisasi kepemudaan Jerman Timur "Junge Pioniere" dan "Freie Deutsche Jugend".

Dinas rahasia Jerman Timur, Stasi, dengan segera tertarik pada pendeta yang tidak segan mengungkapkan pendapatnya itu, yang relatif terlindung oleh lingkungan gereja. Gauck sadar bahwa sikap kritis, terutama dalam sebuah kediktaturan, bukan sesuatu yang jatuh dari langit atau bisa dituntut dari semua orang.

"Jauh sebelum ada perlawanan, oposisi atau ketidaktergantungan, kondisi untuk itu harus lebih dulu disiapkan. Karena itu peran orang tua dan pendidikan sejak dini sangat penting,“ dikatakan Gauck.

Topik tentang kebebasan, secara sosial politik maupun rohani, senantiasa mendapat perhatian dari Gauck. Ayah empat anak ini berupaya mengembangkan kebebasan di timur Jerman saat DDR mendemokrasikan diri tahun 1989/90. Sebagai anggota gerakan hak sipil "Forum Baru", Gauck dipilih sebagai anggota parlemen dan ketua komisi khusus untuk peninjauan pembubaran dinas rahasia Jerman Timur, Stasi. Ia meletakkan pondasi bagi pembentukan dinas penyidik dokumen Stasi, yang kemudian ia kepalai sampai tahun 2000.

Gauck tak pernah sedikitpun ragu bahwa dokumen-dokumen rahasia Stasi harus dibuka kepada publik. Sikap ini menekankan pandangannya tentang negara dan demokrasi, termasuk transparansi dan keikutsertaan secara maksimal. Dalam konteks ini, ia ingin pencalonannya sebagai kepala negara dipahami.

"Negara ini bukan hanya negara milik pejabat. Melainkan negara milik rakyat, yang menjamin masa depan warganya yang bebas berkumpul dan berserikat.“

Fakta bahwa kelas dan budaya politik di Jerman belum yang paling baik, membuat Joachim Gauck kuatir. Sebuah kekuatiran yang semakin besar karena ia menghabiskan 50 dari 70 tahun usianya di kediktatoran, dimana lima tahun pertama sebagai anak masa perang di era Nazi.

"Kita harus mencermati betul dampak pahit dan berat akibat kesenjangan jarak antara yang memerintah dan yang diperintah, kita harus mengatasinya.“ Demikian tuntutan kandidat Presiden Jerman Joachim Gauck. Ia maju dengan optimis, sadar sepenuhnya bahwa ia hanya dianggap kuda hitam.

Joachim Gauck mengatakan, ia adalah orang yang besar hati. Perannya sebagai teolog dan sepak terjangnya agar dokumen-dokumen Stasi dibuka bagi umum, banyak menarik simpati masyarakat. Seandainya pemilihan Presiden Jerman dilakukan secara langsung, Gauck punya peluang bagus.

Marcel Fürstenau/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid