1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jika Roti Tak Lagi Terbeli

10 April 2008

Harga bahan pangan di seluruh dunia melonjak. Kenaikan harga hasil pertanian tahun 2007, terutama bahan pangan pokok seperti beras, jagung, juga gandum, memicu kekuatiran internasional akan munculnya krisis.

https://p.dw.com/p/DfVu
Kerusuhan yang disulut kenaikan harga bahan pokok di HaitiFoto: picture-alliance/ dpa

Menurut perkiraan Bank Dunia, kerusuhan sosial mengancam banyak negara, terutama di Afrika. Faktanya, di banyak negara Afrika orang-orang turun ke jalan memprotes harga-harga yang terus naik. Di Burkino Fasso, serikat pekerja menyerukan mogok massal selama dua hari.

Richard Oboko terheran-heran jika memikirkan harga roti. Oboko hidup di Lagos, Nigeria. Usianya 30-an, ayah dari dua anak.

"Roti ukuran kecil misalnya, Desember lalu saya beli dengan harga 30 Naira. Sekarang, roti yang sama harganya 50-60 Naira. Naik dua kali lipat. Saya tidak tahu apa penyebabnya!“, kata Oboko.

Richard Oboko masih bisa membeli roti. Usaha jual beli mobil bekas masih bisa menghidupi ia dan keluarganya. Tetapi, sekarang semua makin mahal, juga beras, makanan pokok warga Burkina Fasso. Comfort Akpa merasakan betul hal ini. Di kios kayunya di Lagos, Akpa berjualan beras, tepung dan kacang,.

"Tahun lalu saya masih bisa menjual sekarung beras dengan harga 5.200 sampai 5.300 Naira. Sekarang, dia atas 8.000! Beras minta ampun mahalnya. Langganan saya semua mengeluh. Mereka tidak bisa membeli sebanyak dulu", kata Akpa.

Menurut laporan Program Pangan Dunia, WFP, harga bahan makanan di seluruh dunia naik sekitar 40%, dalam kurun waktu 9 bulan. Penyebabnya banyak; Kenaikan harga minyak, panen yang buruk, juga tingginya kebutuhan akan gandum, terutama di Cina. Dan rakyat miskin lah yang paling terkena dampak kenaikan harga.

Hampir tak ada keluarga yang bisa menyediakan makan 3 kali sehari di Burkina Faso. Selama dua hari ini berlangsung aksi mogok massal. Kantor pos, bank, dan praktik dokter, tutup. Polisi mengawasi jalan-jalan masuk ke ibukota Ouagadougou. Mereka berjaga-jaga seandainya kemarahan warga memuncak dan terjadi huru-hara.

Rakyat ingin agar pemerintah menurunkan harga-harga, terutama roti, beras dan bensin. Laurent Gbagbo siap menyanggupi. Presiden Republik Pantai Gading itu mengumumkan akan memotong pajak pertambahan nilai bahan pangan pokok, sampai separuhnya. Ia juga meniadakan bea cukai untuk susu, beras dan minyak goreng. Sebuah tindakan jangka pendek, menurut Mustafa Kasse, ekonom dari Senegal.

Ia mengatakan, "Langkah itu menampilkan sebuah masalah, masalah besar. Tidakkah dengan tindakan itu kita mengambil resiko hanya memindahkan beban? Anggaran belanja negara hampir tak punya potensi untuk bertambah. Jika pemerintah ingin mensubsidi beberapa barang, dengan uang yang sedikit ini, maka dana untuk sektor lain terpaksa dikurangi.“

Namun Laurent Gbagbo berada di bawah tekanan. Beberapa pekan ke depan ia ingin kembali maju dalam pemilihan presiden Pantai Gading. Dan ia paham, rakyat yang tidak puas akan menipiskan peluangnya untuk menang. (rp)