1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman-Indonesia Ingin Pererat Kerjasama Iklim

Hendra Pasuhuk27 Februari 2008

Di Jakarta, Menlu Jerman Steinmeier bersama Menlu Wirayuda tidak hanya membahas peningkatan hubungan ekonomi, tapi juga masalah perubahan iklim, penanggulangan kemiskinan, situasi di Myanmar dan sengketa atom

https://p.dw.com/p/DEYt
Menlu Jerman Steinmeier (kiri) dan Menlu WirajudaFoto: AP

Jerman menilai, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia punya posisi penting di Asia. Apalagi Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara Asia Tenggara yang menjadi pelopor kebebasan pers dan kebebasan berpendapat. Menlu Jerman Steinmeier menyambut perkembangan Indonesia selama 10 tahun terakhir sebagai masa penguatan demokrasi.

“Kami memandang penuh respek bagaimana Indonesia selama sepuluh tahun terakhir membangun demokrasi dan negara hukum. Ini suatu proses yang tentunya tidak mudah dilakukan, karena itu kami mengikutinya penuh respek.”

Ini bukan pertemuan resmi pertama antara Frank-Walter Steinmeier dan Hassan Wirajuda. Maret tahun lalu di Nürnberg, Jerman, dilangsungkan pertemuan puncak Uni Eropa-ASEAN. Ketika itu sudah sudah disepakati bidang-bidang kerjasama konkret antara kedua persemakmuran, yaitu di bidang keamanan, ekonomi dan perlindungan lingkungan. Wirajuda menjelaskan, pembicaraannya kali ini dengan Steinmeier adalah tindak lanjut rangkaian pertemuan bilateral Indonesia-Jerman tahun lalu.

Namun kedua menteri luar negri tidak hanya membahas masalah bilateral, melainkan juga isu-isu regional dan global. Salah satu masalah yang lama jadi ganjalan dalam hubungan Uni Eropa-ASEAN adalah soal Myanmar. Indonesia dan Jerman sama-sama mendesak pemerintah Myanmar agar melaksanakan perubahan politik dengan konsekuen. Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier secara konkrit menyebut pembebasan tahanan politik sebagai sinyal baik jika dilakukan, sedangkan menlu Hassan Wirajuda mendesak agar kalangan oposisi diberi kesempatan ikut pemilu yang direncanakan dua tahun depan, termasuk tokohnya Aung San Suu Kyi.

Menlu Hassan Wirajuda menerangkan, ia dan Steinmeier juga membahas isu perubahan iklim, terutama proses kelanjutan komitmen konferensi Bali. Dua perundingan iklim masih akan dilakukan di Polandia dan di Denmark untuk menyiapkan perjanjian pengganti Protokol Kyoto tahun 2012. Tapi menurut Hassan Wirajuda, pembahasan perjanjian saja belum cukup.

“Kita harus berupaya lebih keras lagi. Terutama bagaimana melakukan kerjasama mulai sekarang. Tidak perlu menunggu 2012. Indonesia sebagai salah satu yang punya kawasan hutan tropis terbesar sedang menyiapkan konferensi negara-negara hutan tropis. Terutama untuk membahas kerjasama dalam bidang perlindungan dan penanaman ´kembali areal hutan.”

Jerman sudah menyatakan bersedia menyalurkan dana senilai 24 juta Euro untuk program perlindungan hutan di Indonesia.

Setelah melakukan rangkaian pertemuan diplomatik, Rabu sore (27/02) Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier berkunjung ke Sekolah Internasional Jerman, Deutsche Internationale Schule, yang berlokasi di Bumi Serpong Damai, Tangerang. Kementerian Luar Negri Jerman sedang menggalakkan proyek kemitraan sekolah-sekolah internasional sebagai wadah pertemuan dan komunikasi antar budaya. Semboyannya: Sekolah Mitra Masa Depan. Dari Jakarta, hari Kamis (28/02) Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier melanjutkan perjalanan ke Singapura kemudian ke Vietnam.