1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

270111 Deutschland Tunesien

28 Januari 2011

Di Parlemen Jerman, Menteri Luar Negeri Westerwelle menyodorkan sebuah rencana untuk langkah selanjutnya, seperti halnya politisi lain yang menyarankan dukungan terhadap gejolak politik di wilayah Afrika Utara.

https://p.dw.com/p/106ne
Menlu Jerman Guido WesterwelleFoto: picture alliance/dpa

Tunisia merupakan negeri harapan. Bagi warga Tunisia sendiri, mereka telah berhasil mengalahkan pemerintah otokrat dan memiliki kesempatan untuk mendapatakan sistem yang lebih adil. Banyak orang di negara-negara Arab melihat peristiwa keberanian yang terjadi pada minggu-minggu terakhir yang melawan ke-tidakadilan, teraspirasi untuk melakukan demonstrasi.

Di Berlin, perubahan di negara Afrika itu dipandang dengan optimis. Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle menyatakan solidaritasnya di hadapan Parlemen Jerman, Bundestag, "Pemerintah Jerman dan saya tidak memiliki keraguan bahwa Jerman akan berdiri berdampingan dengan demokrasi, baik di Tunisia, maupun di Mesir."

Perdebatan di Bundestag digelar dengan tema "Tunisia, saat ini meletakan dasar untuk demokrasi yang stabil". Suasana di Parlemen sangat jelas bahwa mereka ingin membantu.

Menteri Luar Negeri Westerwelle mengandalkan dukungan yang terkoordinasi, "Senin mendatang di Brüssel kita akan berdiskusi bagaimana membantu Tunisia secara kongkrit. Tentunya sekarang masih terlalu dini, sebelum langkah-langkah ini disepakati dan dirinci bersama. Tetapi saya dapat menjamin, ketika Tunisia sudah berada di jalan menuju demokrasi, maka tidak hanya Jerman tetapi negara-negara Uni Eropa akan ikut membantu proses tersebut."

Niema Movassat, dari pihak oposisi dan wakil dari kelompok fraksi kiri di Parlemen ingin melihat apakah Menteri Luar Negeri Westerwelle serius dengan komitmennya terhadap demokrasi dan hak hak asasi manusia. "Mengapa selama ini pemerintah Jerman membuat kerjasama dengan seorang diktator terburuk di dunia, Meskipun Anda, Tuan Westerwelle, mengatakan, bahwa kita memiliki nilai-nilai bersama demi demokrasi dan kebebasan? Jerman adalah partner dagang ke tiga terbesar di Tunisia dan Uni Eropa menjadikanTunisia mitra di wilayah Meditrania, yang menjadikan seorang diktator mendapat status istimewa di Eropa."

Tapi bisa jadi, ada perubahan cara berpikir di tingkat nasional dan internasional. Semua anggota parlemen sepakat, ada cara yang lebih bermoral daripada represi, tapi bukan cara yang mendatangkan keberhasilan untuk menghadapi perbedaan pendapat.

Rupert Polenz, politisi dari Partai CSU mengatakan bahwa semua aliran politik harus terlibat dalam proses menuju demokrasi. "Saya pikir, kita harus secara aktif berupaya agar partai Islam di Tunisia juga dilibatkan dalam proses ini. Pasca pemilihan umum yang demokratis, masalahnya tidak akan begitu saja selesai. Para pemuda di Tunisia tidak akan langsung mendapatkan pekerjaan atau situasi yang nyaman di seluruh negeri. Yang penting adalah perdebatan mencari jalan terbaik harus melibatkan semua pihak dalam proses demokrasi."

Polenz menambahkan, semua aturan demokrasi harus siap ditaati, juga kalau posisi kita sendiri ditolak oleh mayoritas.

Heiner Kiesel/Miranti Hirschmann

Editor: Yuniman Farid