1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Dorong Program Reintegrasi Taliban

24 Januari 2010

Menjelang konferensi Afghanistan di London, pemerintah Jerman kembali menolak mengumumkan tenggat waktu penarikan pasukan seperti yang dituntut kubu oposisi. Sebaliknya Berlin siap menempuh model pendekatan baru.

https://p.dw.com/p/Lfm4
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menlu Guido Westerwelle di BerlinFoto: AP

Jarang ada konferensi internasional yang ikut memanaskan suhu politik dalam negeri. Sejak beberapa pekan pemerintah Jerman dan kelompok oposisi telah terlibat perdebatan panas mengenai strategi yang tepat di Hindukush.

Berlin sendiri berulangkali menegaskan sedang meracik strategi baru untuk Afghanistan dan akan mengumumkannya setelah pertemuan di London berakhir. Nyatanya beberapa hari sebelum Konferensi Afghanistan pemerintah Jerman mengumumkan akan menggunakan model pendekatan baru yang digagas Presiden Hamid Karsai beberapa pekan lalu. Di antaranya adalah menambah volume pelatihan bagi aparat keamanan.

"Tujuannya adalah mengkondisikan aparat keamanan Afghanistan, baik itu kepolisian maupun militer, setahap demi setahap agar mampu mengambil alih tanggungjawab pengamanan negaranya sendiri. Untuk itu kita membutuhkan upaya pendidikan dalam dimensi yang lebih besar," ungkap Kanselir Angela Merkel

Kehabisan Sabar

Konferensi Afghanistan merupakan tolak ukur keberhasilan dari delapan tahun penugasan tentara perdamaian ISAF untuk memerangi Taliban dan membangun kembali negeri yang remuk oleh perang itu. Pasalnya kini tidak seorangpun meragukan lagi bahwa strategi yang selama ini digunakan kurang membuahkan hasil.

Perwakilan dinas rahasia negara-negara anggota NATO bahkan mengkhawatirkan, bahwa Kabul berpeluang untuk tunduk di hadapan Taliban. Dinas Rahasia Afghanistan (NDS) juga melaporkan, kelompok radikal Islam itu "menikmati" setiap perdebatan soal strategi di dunia barat dengan "gembira" atas perbedaan pandangan di tubuh NATO mengenai solusi konflik.

Sementara Dinas Intelejen Amerika Serikat (CIA) mewanti-wanti terhadap ancaman, bahwa rakyat Taliban "tidak lagi mendukung" pertempuran antara ISAF dan Taliban dan berharap situasi kembali "tenang" setelah mundurnya pasukan internasional.

Bahwa Presiden Hamid Karsai terlihat telah kehilangan sabar dan bertekad mencapai perdamaian, "berapapun harga yang harus dibayar," juga menjadi bahan pertimbangan di Berlin.

Hal itu terlihat dari pernyataan Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle, bahwa pihaknya akan membahas sebuah pendekatan baru di London, yakni program resosialisasi dan reintegrasi pejuang Taliban kembali ke masyarakat, seperti yang digagas Karsai beberapa pekan sebelumnya.

Peningkatan Dana Bantuan Sipil

"Saya berbicara tentang para pejuang. Saya berbicara tentang mereka yang misalnya direkrut di wilayah pedesaan - seringnya karena mereka tidak memiliki prespektif ekonomi," tandas Guido Westerwelle. Sebab itu pihaknya akan membahas pembentukan dana untuk menjalankan program tersebut di London.

Meski terdengar spektakuler, terobosan tersebut telah memancing kritik. CIA misalnya terang-terangan meragukan keampuhan strategi tersebut dan setengah mengolok, "Taliban dapat dipancing dengan banyak hal, kecuali dengan uang dan program reintegrasi."

Namun pemerintah Jerman sendiri tampak serius menjalankan program tersebut. Hal itu tampak dari ditingkatkannya dana bantuan sipil untuk Afghanistan menjadi dua kali lipat sebesar 250 juta Euro. Meski demikian, angka tersebut masih dianggap kecil jika dibandingkan dengan dana bantuan militer Jerman yang bisa mencapai empat kali lipat.

Pemilu Legislatif Diundur

Sementara itu Komisi Pemilihan Umum Afghanistan mengumumkan pengunduran jadwal pemilu legislatif dari bulan Mai menjadi bulan September. Jurubicara komisi berdalih, hal tersebut dikarenakan situasi keamanan, masalah logistik yang belum terpecahkan dan kurangnya dana penyelenggaraan pemilu.

Amerika Serikat menyambut hal tersebut, karena dengan demikian pemerintah Afghanistan memiliki cukup waktu untuk mereformasi sistem pemilihan. "Hal terpenting saat ini adalah transparansi proses pemilihan. Dan kita tidak bisa lagi mentolelir kejanggalan dan kecurangan pada pemilu legislatif yang akan datang," ujar Wakil Presiden parlemen Afghanistan, Mirwais Yasini.

RN/AS//afp/dpa/ap