1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman dan Perancis Ingin Perketat Perekonomian

17 Agustus 2011

Kanselir Angela Merkel dan Presiden Nicolas Sarkozy mengusulkan beberapa langkah konkrit menghadapi krisis hutang di kawasan Euro. Tapi tidak ada keputusan tentang obligasi Euro.

https://p.dw.com/p/12IEr
Angela Merkel und Nicolas Sarkozy di ParisFoto: picture alliance/dpa

Harian Inggris The Times berkomentar:

Usulan-usulan yang diajukan Presiden Nicolas Sarkozy dan Kanselir Angela Merkel, antara lain memperkuat pemerintahan ekonomi di kawasan Euro, akan mewajibkan negara-negara pengguna Euro menerapkan anggaran belanja yang seimbang. Usulan mereka juga bisa berarti, negara-negara Euro harus menyelaraskan sistem pajaknya. Merkel dan Sarkozy berniat melakukan hal itu bersama-sama. Tapi langkah ini akan menghadapi oposisi yang luas di kalangan pemilih. Sebab menurut pandangan sebagian besar warga, sudah terlalu banyak wewenang nasional yang diserahkan kepada Uni Eropa. Sebuah serikat negara-negara Eropa masih jauh dari pandangan. Tapi logika mata uang bersama memang menuntut pengawasan sentral yang lebih kuat.

Harian konservatif Perancis Le Figaro menilai, kepercayaan terhadap kawasan Euro makin tipis. Yang perlu dilakukan adalah mengembalikan kepercayaan itu. Harian ini menulis:

Untuk mendapat kembali kepercayaan para kreditor dan dalam jangka panjang mempertahankan kawasan Euro, tidak ada solusi ajaib. Yang diperlukan adalah perundingan yang lebih ketat dan disiplin dalam anggaran nasional. Sudah seharusnya ada aturan-aturan yang ketat untuk menghindari sikap yang terlalu longgar. Inilah inti dari usulan-usulan yang diajukan oleh Nicolas Sarkozy dan Angela Merkel. Kita boleh berterimakasih pada tindakan mereka yang penuh tanggung jawab. Mengenai dua prinsip dasar, yaitu anggaran yang ketat dan pembentukan pemerintahan ekonomi, tentu akan muncul debat keras di antara negara-negara Eropa. Tapi paling sedikit, legitimasi langkah penting bagi pembangunan Eropa ini tidak dipertanyakan lagi.

Harian Austria die Presse menyoroti diskusi tentang obligasi Euro atau eurobond. Harian ini menulis:

Ya, eurobonds menjadi instrumen yang cocok untuk mengatur agar negara-negara pengguna Euro bisa mendapat suku bunga yang sama di pasar uang. Ini merupakan keringanan besar bagi negara-negara, yang sekarang hanya bisa menjual surat hutang dengan suku bunga tinggi. Tapi ini merupakan beban tambahan bagi negara-negara Euro yang sekarang bisa mendapat dana murah di pasar uang karena punya peringkat kredit AAA. Yang akan menanggung beban paling berat adalah Jerman, yang sekarang punya peringkat kredit terbaik di antara negara-negara Euro. Orang bisa mengatakan, biaya tambahan ini, yang diperkirakan bisa mencapai 15 sampai 20 miliar Euro, adalah harga yang adil karena Jerman sebagai negara ekspor mendapat keuntungan paling banyak dari sistem mata uang bersama. Pada akhirnya, Angela Merkel akan menyetujui penerbitan obligasi Euro.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menanggapi lemahnya pertumbuhan ekonomi di Jerman dan berkomentar:

Pertumbuhan Produk Domestik Brutto di Jerman melambat. Prediksi pertumbuhan ekonomi Jerman harus dikoreksi, dari sebelumnya 1,3 persen pada kuartal pertama, menjadi hanya 0,1 persen pada kuartal kedua tahun ini. Ini adalah peringatan serius. Pertumbuhan ekonomi dunia sedang melemah. Karena itu, Jerman ikut terseret. Indeks saham Jerman, DAX, bisa menjadi indikator kegiatan ekonomi. Pada masa perekonomian kuat, indeks ini naik lebih cepat dari indeks saham lain. Kalau ada gejolak ekonomi, indeks ini juga turun lebih cepat. perekonomian Jerman bisa dilihat sebagai indikator perekonomian dunia. Jika ekonomi global sedang booming, Jerman juga mengalami booming. Sebaliknya, jika perekonomian dunia mandek, Jerman yang paling merasa dampaknya. Situasi perkembangan ekonomi global tercermin pada angka pertumbuhan di Jerman. Dan saat ini, angka-angka itu menunjukkan tanda bahaya.

Hendra Pasuhuk/dpa
Editor: Vidi Legowo-Zipperer