1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170611 Sarkozy Merkel

17 Juni 2011

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy bertemu di Berlin. Salah satu tema yang akan menjadi topik utama pertemuan adalah Yunani.

https://p.dw.com/p/11dCK
Kanselir Jerman Angela Merkel bersama Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di Berlin, Jumat (17/06)Foto: picture alliance/dpa

Untuk mencari pembenaran, bahwa Jerman dan Perancis tidak memiliki pendapat yang sama tentang krisis Yunani, hanya perlu meletakkan harian Les Echos dan Süddeutsche Zeitung yang terbit hari Kamis (16/06). Laporannya mengenai rapat darurat menteri keuangan di Brussel, Belgia.

Menurut harian Jerman itu, ada usaha penghentian banyak menteri yang beberapa diantaranya bahkan menolak pengadaan pertemuan tersebut. Sebaliknya, harian Perancis menulis blokade Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schäuble yang dikatakan menganggap pertemuan tersebut sebagai hal yang gagal.

Mencari Kesepakatan

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy memilih untuk mencapai kompromi. "Apa yang sekarang paling kita butuhkan adalah kesepakatan bersama. Pertentangan masing-masing negara harus berakhir. Karena itu saya menuntut semua untuk menunjukkan pertanggungjawaban agar tercapai kompromi yang sesuai dengan Eropa."

Kompromi ini paling lambat harus tercapai pada KTT Uni Eropa pekan depan, jika Uni Eropa tidak mampu menghidupkan kembali rencana penyelamatan bagi Yunani. Karena kalau tidak, Dana Moneter Internasional IMF bisa menolak untuk menyerahkan bagiannya sebesar 12 milyar Euro.

Perbedaan Pendapat

Yunani bangkrut? Bagi Presiden Perancis ini hal yang tidak terbayangkan. "Kita harus membela mata uang bersama kita", demikian tegasnya berulang kali. Sarkozy menambahkan, "Adalah kewajiban kita untuk melakukan semua cara agar stabilitas zona mata uang Euro terjaga. Karena tanpa stabilitas, tidak ada pertumbuhan yang memungkinkan."

Sarkozy menyembunyikan, bahwa Perancis tidak sejalan dalam hal Yunani. Dalam paket penyelamatan, Angela Merkel ingin mewajibkan keterlibatan bank, asuransi dan dana investasi. Sebaliknya Perancis dan Bank Sentral Eropa ingin membebaskan pilihan masing-masing. Bank juga harus bersedia untuk memberikan kredit baru.

Pihak yang siap untuk konfrontasi adalah Menteri Eropa Laurent Wauquiez, "Hal yang kedua adalah, yang sudah selalu merupakan posisi Perancis, jika menyangkut perubahan bentuk kredit, di mana sebuah negara tidak membayar hutangnya, maka kami tidak menyetujuinya."

Masalah Energi Nuklir

Walau banyak harian yang menulis tentang krisis berkepanjangan antara pemerintah di Paris dan Berlin, ada juga tema konsensus, yaitu pencalonan Menteri Keuangan Perancis Christine Lagarde sebagai direktur IMF misalnya. Tema sulit antara Paris dan Berlin tetap Libya dan tenaga atom.

Di Perancis tidak ada yang memahami mengapa Jerman menolak penggunaan tenaga atom. Apalagi Sarkozy. Perancis adalah pemilik produsen pembangkit tenaga listrik Areva dan mayoritas pengelola PLTN EDF.

Resminya, Perancis senang dengan keputusan Jerman karena kini mereka bisa menjual banyak listrik atom ke negara itu. Namun, pemerintah Perancis khawatir. Karena persediaan atom yang ada sejauh ini masih bisa berfungsi, khususnya karena Jerman bisa menangani kebutuhan di musim panas dan dingin, yang tidak mampu dipenuhi oleh PLTN Perancis sendirian.

Johannes Duchrow/Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Andriani Nangoy