1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jelang Kunjungan Presiden Jerman ke Turki

17 Oktober 2010

Presiden Jerman Christian Wulff akan terbang ke Turki Senin ini (18/10). Dalam kunjungan empat harinya, ia khususnya akan berfokus pada kebebasan beragama.

https://p.dw.com/p/PgMc
Presiden Jerman Christian WulffFoto: dapd

Kunjungan ini sebenarnya telah direncanakan oleh pendahulunya, Horst Köhler. Dan mungkin sebenarnya perjalananan ini hanyalah satu dari sekian kunjungan resmi seorang presiden kalau saja perdebatan integrasi tidak tengah memanas dalam beberapa minggu terakhir. Hal yang turut dipermasalahkan khususnya pendatang asal Turki dan warga Jerman keturunan Turki. Presiden Jerman Christian Wulff sendiri lah yang menjadikan tema integrasi sebagai fokus utamanya.

Keberangkatan Wulf ke Turki berlangsung di tengah perdebatan panas di dalam tubuh Partai Konservatif CDU/CSU Integrasi di Jerman. Perdana Menteri negara bagian Bayern Horst Seehofer misalnya menolak imigran dari kelompok budaya lain. Sementara Kanselir Angela Merkel menyatakan wacana masyarakat 'multibudaya' telah mengalami kegagalan. Wulf yang menyebut Jerman sebagai negara republik warna-warni dan dengan satu kalimat dalam pidatonya membuatnya menjadi pusat perhatian, baik di Jerman mau pun Turki. "Islam adalah juga bagian dari Jerman."

Kalimat tersebut membuat empunya dihujani oleh kritik dari berbagai arah. Sebaliknya Presiden Turki Abdullah Gül membela kolega sejabatnya itu. Kepada harian Jerman Süddeutschen Zeitung, Gül menandaskan siapapun yang membuka diri ke dunia harus siap untuk hidup dengan berbagai agama. Gül akan menyambut kedatangan Wulff di Ankara Senin ini (18/10) dan dijadwalkan akan menemai Wulff selama 1,5 hari dalam perjalanannya di Turki. Keduanya juga akan mengunjungi kampung halaman Gül di Kayseri.

Agama akan menjadi tema penting dalam kunjungan presiden kali ini. Selain Masjid Biru, Christian Wulff juga akan melihat peninggalan umat Kristen di Turki. Ini sepertinya bukan suatu kebetulan, melainkan sebuah tanda yang ingin dipertegas oleh sang presiden. "Kalau kita secara terbuka menerima adanya mesjid, kaum muslim dan Islam, maka sudah hal yang sewajarnya, kalau Turki juga terbuka bagi agama Kristen. 20 persen warga Turki adalah umat Kristen yang sangat terisolir. Gereja juga bermasalah disana. Dan ini akan kami bicarakan."

Di Tarsus, di pesisir Laut Tengah Turki, Wulff akan menelusuri jejak Rasul Paulus, bertemu dengan pemuka gereja dan mengikuti misa gereja oikumene. Di akhir kunjungannya di Istanbul, ia akan bertemu dengan patriarkat Ekumenis Konstantinopel. Kebebasan beragama dan sikap terhadap kelompok minoritas agama seperti umat Kristen di Turki - ini juga yang menjadi patokan Uni Eropa akan kelayakan calon anggotanya. Di Jerman, partai-partai seperti CDU dan CSU menegaskan, bahwa mereka pada dasarnya menolak pemberian status keanggotaan penuh Uni Eropa bagi Turki dan memilih untuk memberikan status kemitraan dengan hak istimewa. Walau pun berdasarkan kesepakatan koalisi pemerintah Jerman masalah keinginan Turki menjadi anggota Uni Eropa adalah proses yang memiliki mencapai keputusan. Presiden Wulff juga tidak terdengar terlalu bersemangat untuk menjadikan Turki sebagai bagian dari Uni Eropa. "Perundingan harus berjalan secara adil dan terbuka. Saya khususnya menegaskan, bahwa ada proses di Turki yang layak mendapat perhatian luas. Juga perubahan dalam konstitusi mulai bergerak ke arah yang benar."

Jörg Brandscheid / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Rizky Nugraha