1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Istana Raja Nepal Jadi Museum

16 Juni 2008

Nepal bersorak. Sejak hari Minggu 15 Juni 2008 di istana raja berkibar bendera Republik Nepal. Istana raja itu sekarang jadi museum, dan ini merupakan langkah simbolik bagi republik termuda di dunia itu.

https://p.dw.com/p/EKfX
Di Istana Narayanhiti PM Koirala menerima sambutan secra militer.Foto: AP

Suasana pesta nampak di Kathmandu. Dengan iringan lagu kebangsaan yang baru PM Giriya Prasad Koirala menaikkan bendera Nepal di bekas istana raja. Diiringi sambutan meriah, PM Koirala mengemukakan:

"Hari ini bendera dikibarkan oleh seorang warga biasa. Saya harap bendera ini tidak akan pernah diturunkan."

Hari Rabu minggu lalu 11 Juni Raja Gyanendra yang disingkirkan baru saja meninggalkan Istana Narayanhiti di pusat ibukota, beberapa waktu sebelum berakhirnya ultimatum. Mantan raja yang tidak disukai itu kini tinggal di sebuah istana kecil di pinggiran Kathmandu.

'Dunia memandang Nepal', demikian dikemukakan PM Koirala dalam upacara di bekas istana raja yang kini dijadikan museum. PM Koirala selanjutnya:

"Tidak ada yang mengira, bahwa kita bisa beralih jadi republik secara damai. Tidak ada pertumpahan darah dan dunia tercengang."

Seorang pria di halaman bekas istana itu mengatakan, bagi Nepal kini dimulai awal baru, warga Nepal kini menyadari, demokrasi telah benar-benar diberlakukan.

Selama hampir 240 tahun Nepal diperintah oleh raja. Mayoritasnya dihormati, termasuk Raja Birendra yang tahun 2001 tewas dalam pembunuhan berdarah di istana. Ketika itu putra mahkota membunuh raja dan anggota keluarga lainnya dan kemudian bunuh diri. Tahta diambil alih oleh saudara raja, Gyanendra, pengusaha yang licik dan serakah, sehingga dalam waktu singkat menjadi sasaran kebencian rakyat Nepal.

Gyanendra memberlakukan keadaan darurat, memerintahkan penahanan terhadap para pengritik dan membuat partai-partai Nepal yang sebenarnya terpecah belah, menyatu menentang monarkhi. Bahkan kelompok maois yang sejak tahun 1996 menjalankan perjuangan berdarah terhadap pemerintah, bersedia meletakkan senjata dan mendukung koalisi multi partai menentang Gyanendra. Selangkah demi selangkah raja yang tidak disukai itu dikikis kekuasaannya. Akhir Mei lalu sidang nasional di Nepal akhirnya memproklamirkan republik. Raja harus turun.

"Kita akan membangun Nepal yang baru", demikian kata Baburam Battarai dari Partai Maois, partai terkuat di Nepal. "Nepal yang baru akan sejahtera dan damai. Semua partai akan ikut berpartisipasi."

Tetapi itu masih jauh. Nepal masih termasuk negara termiskin di dunia. Pemerintahan sementara kini memegang kendali. Sidang nasional masih harus memastikan wujud dari demokrasi yang baru di negara itu.

Tetapi satu hal sudah pasti. Salah satu atraksi di istana yang dijadikan museum itu adalah sebuah mobil Mercedez Benz buatan tahun 1939, hadiah dari Adolf Hitler untuk raja ketika itu Tribhuvan. Mercedez itu merupakan mobil pertama di Nepal, dipanggul dengan susah payah oleh puluhan petugas ke Kathmandu, karena dulu Nepal belum punya jalan. Tetapi sebelum hadiah dari Hitler itu dapat dipamerkan, mobil itu harus dipoles terlebih dulu. Karena kap mobilnya sudah karatan dan pintu-pintunya lepas. (dgl)