1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Ganti Haluan?

17 Maret 2015

Netanyahu jadi pemimpin Israel dengan masa jabatan terpanjang? Langkahnya bisa tertahan dalam pemilu Selasa (17/03) karena rakyat sudah lelah dengan politik yang hanya tekankan keamanan nasional, bukan sosial-ekonomi.

https://p.dw.com/p/1Es4D
Benjamin NetanjahuFoto: Reuters/J. Roberts

Retorika tentang ancaman Iran serta Palestina tidak bisa mengurangi ketinggalan Netanyahu di belakang oponen dari kubu tengah-kiri, Isaac Herzog. Jika Herzog menang pemilu seperti diperkirakan, kemungkinan besar ia yang akan dapat mandat membentuk pemerintahan.

Tapi jika Herzog gagal mendapat cukup sokongan dari parlemen yang didominasi kubu kanan, mandat membentuk pemerintahan koalisi mungkin akan diberikan kepada Netanyahu. Itu semua akan tergantung pada kandidat mana yang akan didukung partai-partai kecil berhaluan tengah, juga persatuan empat partai Arab di Israel, yang diduga akan menduduki posisi ketiga.

Netanyahu (65) yang disebut "King Bibi" oleh majalah AS, Time tiga tahun lalu telah menepis ancaman terhadap dirinya, yang berupa tuduhan bahwa ia adalah boneka negara-negara lain yang ingin menempatkan pemimpin Israel yang mungkin bersedia menerima negara Palestina atau diplomasi tentang masalah nuklir dengan Iran.

Netanyahu ingin cegah saingannya dapat dukungan

Israel Isaac Herzog Kandidat der Opposition
Isaac Herzog dan Tzipi Livni (kanan) dari Partai BuruhFoto: Reuters/B. Ratner

Netanyahu, istri dan salah seorang putranya ikut gelombang pemilih pertama yang memberikan suara di Yerusalem. Ia memberi pernyataan singkat kepada reporter, bahwa saingannya sekarang dapat dukungan lebih luas. "Untuk mencegah tambah kuatnya partai kiri, hanya ada satu hal yang bisa dilakukan: kemungkinan itu harus ditutup," demikian dikatakan Netanyahu, yang berharap bisa menggerakkan pendukung kubu religius-nasionalis untuk ikut menyokong partainya, Likud, yang melemah.

Herzog, kepala Partai Buruh, dan rekannya mantan perantara perdamaian Tzipi Livni menuduh Netanyahu menggunakan masalah keamanan untuk mengalihkan perhatian dari masalah biaya hidup yang amat tinggi, yang diperdebatkan di dalam negeri. "Netanyahu panik, sementara Tzipi Livni dan saya mengusahakan yang terbaik bagi negara," kata Herzog (54) Senin malam. Menurutnya pemilu jadi pilihan antara tantangan dan harapan, atau kekecewaan dan kemunduran.

Netanyahu menolak Palestina

Netanyahu mengatakan Senin (16/03), negara Palestina tidak akan berdiri jika ia menjabat PM Israel untuk keempat kalinya. Netanyahu sudah menduduki posisi Perdana Menteri selama sembilan tahun. Selama ini, hanya pendiri Israel, David Ben-Gurion yang menjabat lebih lama dari dirinya, yaitu 12 tahun.

AS yang lalai memperhatikan pembicaraan kesepakatan perdamaian dua negara antara Netanyahu dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, tidak memberikan komentar atas sikap Netanyahu, dengan alasan tidak mau mengganggu pemilu yang sudah dekat. "Kami akan bekerjasama dengan pemenang pemilu," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki, yang mengulang perkataan Abbas yang diberikan pekan lalu.

Hubungan pemerintahan AS di bawah Barack Obama sudah melonggar sejak Israel menolak negosiasi nuklir dengan Iran. Ketegangan antara AS dan Israel memuncak pada pidato Netanyahu di depan Kongres AS, yang disambut kemarahan Partai Demokrat.

Mayoritas warga Israel tidak sokong Netanyahu

Sedangkan sikapnya terhadap Palestina, menurut Netanyahu, dilandasi kekhawatiran akan risiko keamanan Israel. Namun demikian, hasil sebuah jajak pendapat menunjukkan, sebagian besar warga Israel tidak tergerak dengan sikap Netanyahu terhadap Palestina, dan sebagian kecil mengatakan tidak akan mendukung Netanyahu karena ia menentang Washington.

Sementara Herzog yang bersikap lebih lunak lebih memilih pengeratan kembali hubungan dengan Gedung Putih yang dikuasai Partai Demokrat, juga pendekatan dengan Palestina. Tapi ia tidak mau memberikan janji akan tercapainya hasil positif dalam masalah nuklir Iran.

ml/vlz (rtr, ap, dpa)