1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

160609 Israel Gaza Wiederaufbau

17 Juni 2009

Uni Eropa ingin membantu pembangunan kembali di Jalur Gaza dan reformasi pemerintah otonomi Palestina dengan uang sebesar 436 juta Euro. Namun blokade Israel menghalangi bantuan manapun dari luar negeri.

https://p.dw.com/p/IFLl
Seorang anak bermain di reruntuhan bangunan di Jalur GazaFoto: picture-alliance/ dpa

Gaza, lima bulan setelah perang, masih berisi rumah-rumah yang hancur dibom, jalan-jalan rusak, tembok dan menara berlubang akibat ledakan. Di kamp pengungsi Musajarat, sekelompok pria duduk-duduk di pingir jalan sambil minum teh. Mereka melambaikan tangan, tersenyum, dan menjawab pertanyaan orang asing yang lewat dan ingin tahu bagaimana situasi di sana.

"Baik, baik sekali. Allah beserta kami dan Anda. Hidup kami hancur. Kami kehilangan semua karena perang. Anak-anak, rumah, pekerjaan. Tidak ada yang menolong kami, tidak orang Arab, tidak juga Eropa. Dunia membiarkan kami sendirian," kata lelaki yang paling tua. Ia menarik kursi plastik dari reruntuhan rumah untuk para tamu.

Jika sang tamu dari Eropa, ia akan merasa harus membantah pernyataan itu dan menerangkan bahwa Uni Eropa menyediakan uang, banyak uang, untuk pembangunan kembali Jalur Gaza. Persisnya 436 juta Euro. Lebih dari sepertiganya datang dari Jerman. Tapi jawaban itu boleh jadi tidak menghibur mereka, karena sampai sekarang tak nampak bantuan apapun dari Eropa ke Gaza.

Karin Bau Said, pemimpin badan Perserikatan Bangsa Bangsa urusan pengungsi UNHCR di Gaza City mengatakan, "Sejak perang berakhir tidak ada yang berubah di sini. Blokade Israel menyebabkan kami tidak bisa mendatangkan bahan bangunan. Kami butuh semen, kayu dan baja. Tetapi perbatasan tertutup, kecuali untuk makanan dan obat-obatan. Uangnya ada tapi bahan bangunan tidak ada. Kacau sekali."

Jalur Gaza yang sejak dulu tampak seperti kawasan kumuh, kini adalah penjara di bawah langit yang hancur oleh bom, hangus terbakar, terisolasi. Satu-satunya tempat dengan teknologi tinggi dan berfungsi adalah gerbang perbatasan Erez dengan kamera-kamera pengawas, pengaman elektronik dan pintu-pintu baja.

PBB adalah jaminan bagi penggunaan yang tepat dari bantuan Eropa. Tetapi blokade Israel tidak mengijinkan masuknya bantuan. Isolasi terhadap Jalur Gaza akhirnya membuat situasi darurat kemanusiaan menjadi keadaan yang tetap dan menunggu rejim Hamas hancur dengan sendirinya, suatu saat kelak. Selama itu, puluhan ribu orang dihukum hidup dalam tenda dan puing-puing.

"Dengar, kalian dari Eropa, kalian terus menerus memberi kami uang. Kami menggunakannya untuk membangun jalan, lapangan terbang dan pelabuhan laut. Kalian itu bodoh memberi kami uang sebanyak itu. Israel datang dengan pesawat tempur dan membuat semuanya rusak lagi, hancur. Sayang kan uang kalian itu, lebih baik disimpan saja. Di sini hanya terbuang sia-sia," kata seorang pria di kamp pengungsi Musarajat.

Martin Durm/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk