1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Terus Ulur Waktu dalam Konflik Atom

22 Agustus 2006

Hari Senin (21/08) kemarin, Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan, mengimbau kepada pemerintah Iran untuk menerima tawaran kompromi dari lima negara pemilik hak veto di PBB ditambah Jerman, serta mengubah sikapnya dalam sengketa atom.

https://p.dw.com/p/CPCV
Foto: AP Graphics/DW

Paket kompromi dari enam negara itu dilontarkan awal bulan Juni lalu. Isinya bantuan ekonomi dan pengakuan politik kepada pemerintah di Teheran. Selain itu juga ditawarkan bantuan untuk membangun sebuah reaktor air ringan, serta pengembangan penggunaan energi atom untuk tujuan damai. Juga direncanakan pemasokan rutin elemen bakar atom dari Rusia. Sebagai imbalannya, Teheran harus mengentikan seluruh kegiatan pengayaan uraniumnya, dan bekerjasama dengan badan energi atom internasional IAEA. Sebuah tawaran bagi Teheran yang berwawasan ke masa depan, kata Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier.

Saya sangat mengharapkan, bahwa di sana juga terdapat minat yang cukup dan akal sehat, untuk mencegah terjadi eskalasi dari konflik ini. Dan bersama dengan para pihak yang mengusulkan kompromi, mencari sebuah pemecahan diplomatik.“

Akan tetapi, pemerintah Iran sebelumnya dengan amat berani mengumumkan, mereka menunggu waktu hingga tanggal 22 Agustus, untuk menyampaikan jawabannya. Mendengar itu, enam negara pengusul paket kompromi terhadap para Mullah di Teheran, habis kesabarannya. Pada tanggal 12 Juli lalu, keenam menteri luar negeri meningkatkan tekanan terhadap Teheran, dengan mengajukan konflik ini ke Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 31 Juli Dewan Keamanan mengesahkan resolusi nomor 1696, yang antara lain menuntut Iran, sampai tanggal 31 Agustus menghentikan bagian yang dipersengketakan dari program atomnya. Jika tidak, dapat dijatuhkan sanksi terhadap negara tersebut. Akan tetapi, untuk menjatuhkan sanksi diperlukan sebuah resolusi baru.

Bagaimana reaksi pemerintah di Teheran terhadap tawaran paket kompromi itu, hingga tanggal 22 Agustus ini tetap belum jelas rinciannya. Mereka hanya mengumumkan, akan mengajukan jawaban yang multidimensi. Dengan kata lain, Republik Islam Iran tidak menerima atau menolak tawaran itu, akan tetapi mendesak dilakukannya perundingan berikutnya. Akan tetapi, perundingan baru harus dilakukan dalam posisi setara, seperti tuntutan yang diajukan presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad.

Perundingan harus dilakukan dalam atmosfir yang fair. Dan kedua pihak harus memiliki posisi setara. Akan tetapi jika mereka berkhayal dapat mengancam kami, mereka harus tahu bahwa rakyat Iran dalam situasi seperti itu, akan memutuskan menolak.“

Namun sebuah perundingan yang setara tidak akan terwujud, malahan diduga akan terjadi ketegangan baru atau bahkan sebuah eskalasi konflik. Sebab hari Senin (21/08) kemarin, pimpinan religius Iran, Ayatullah Ali Khamenei, sudah mengumumkan, negaranya akan tetap melanjutkan program atom tersebut. Khamenei mengatakan, dengan begitu Republik Islam Iran tidak akan mematuhi resolusi PBB, dan akan melanjutkan program pengayaan uranium.