1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Terus Bergejolak

21 Juni 2009

Meski di Iran terdapat larangan berdemonstrasi, ribuan pendukung oposisi berkumpul di sejumlah lapangan di Teheran. Kali ini mereka berunjuk rasa menyatakan simpati terhadap peristiwa ledakan di dekat mausoleum Khomeini.

https://p.dw.com/p/IVc7
Pendukung Mir Hossein Mousavi membakar tong sampah dan menendangnya ke arah barikade di Teheran, Sabtu (20/06).
Pendukung Mir Hossein Mousavi membakar tong sampah dan menendangnya ke arah barikade di Teheran, Sabtu (20/06).Foto: AP

Media massa Iran dan internasional saat ini memberitakan peristiwa ledakan di sekitar mausoleum Ayatollah Khomeini yang menewaskan satu orang dan melukai dua orang. Sejumlah laporan media menyatakan bahwa ledakan itu merupakan serangan bom bunuh diri. Hingga kini masih belum diketahui yang menjadi penyebab ledakan itu.

Dalam waktu yang sama, bentrokan antara kepolisian dan pengunjuk rasa di sejumlah tempat di Teheran juga menjadi berita. Stasiun televisi pemerintah Iran yang berbahasa Inggris, Press TV melaporkan, polisi menyemprotkan air dan melemparkan gas air mata ke arah ribuan pengunjuk rasa yang sebagian besar merupakan generasi muda.

Walau pun demonstasi besar yang digelar kandidat presiden Mir Hossein Mousavi dibatalkan, ribuan pendukungnya berkumpul di pusat ibukota Iran dan meneriakkan yel-yel seperti “Tewasnya Sang Diktator“. Aparat keamanan kemudian berupaya menghalau para demonstran supaya tidak memasuki pusat kota. Dikabarkan puluhan demonstran terluka akibat bentrokan tersebut.

Pimpinan Dewan Keaman Iran, Abbas Mohtaj, Sabtu (20/06), memperingatkan Mousavi. "Jika Anda memprovokasi atau menyerukan untuk digelarnya demonstrasi ilegal ini, Anda akan dihadapkan kepada konsekuensinya," kata Mohtaj.

Masih belum diketahui apakah ledakan di dekat mausoleum Khomeini dan aksi kekerasan polisi terhadap demonstran memiliki hubungan. Karena, mausoleum Khomeini yang disucikan oleh banyak warga Iran, terletak di selatan Teheran. Dengan begitu, lokasi mausoleum sangat jauh dari lokasi demonstrasi di pusat kota.


Aktivis Hak Perempuan Iran Ditangkap

Sementara itu, putri mantan Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani, Faezeh Hashemi, dan empat kerabatnya dilaporkan ditangkap. Mereka diciduk polisi karena keterlibatannya dalam aksi protes menentang hasil pemilihan presiden.

Faezeh Hashemi, aktivis hak perempuan, mantan anggota legislatif dan ketua urusan olahraga bagi perempuan di Iran dalam beberapa tahun terakhir namanya muncul ke permukaan. Hashemi, seperti ayahnya, merupakan salah satu lawan politik utama Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Sebelum pemilihan presiden digelar, Ahmadinejad menuduh Rafsanjani dan anak-anaknya melakukan tindak korupsi. Kantor berita Iran Fars melaporkan, Faezeh, putrinya dan tiga orang kerabatnya ditangkap polisi hari Sabtu (20/06) di tengah demonstrasi dengan tuduhan menghasut para demonstran.


Dewan Garda Iran Putuskan Hitung Ulang Sampel Suara

Minggu siang (21/06), Dewan Garda Iran menyatakan akan menghitung ulang sampel 10 persen jumlah kertas suara. Jumlah yang dinyatakan Dewan Garda lebih besar dari jumlah yang diumumkan beberapa hari lalu. Dilaporkan, dua dari tiga kandidat presiden, Mousavi dan Mehdi Karrubi, tidak memenuhi undangan Dewan Garda untuk membicarakan penghitungan suara ulang pemilu presiden yang dipermasalahkan itu. Menurut perkiraan para pengamat, kedua kandidat itu sebenarnya cenderung menuntut diulangnya proses pemungutan suara.

Sabtu (20/06), pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menggarisbawahi diubahnya hasil pemilihan presiden atau menyerukan agar pemilihan presiden diulang. Dalam kesempatan yang sama Khamenei menyerukan oposisi untuk membawa gugatannya ke pengadilan. Jika gugatan itu tidak dapat dibawa ke pengadilan, terdapat konsekuensi dilanjutkannya aksi protes massa.

LS/EK/zr/afp/dpa