1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Miliki Uranium Untuk Produksi Dua Bom Atom

28 Juni 2010

Sengketa Iran meruncing. Sementara, Iran menghukum negara industri dengan tuntutan berunding pada akhir Agustus.

https://p.dw.com/p/O5JJ
Instalasi Nuklir Iran di BushehrFoto: AP

Terkait sengketa nuklir Iran, sekjen PBB Ban Ki Moon mengatakan ia akan tetap menyerukan kepada semua pihak untuk kembali ke meja perundingan. Dikatakannya hal itu sudah dibicarakannya dengan para kepala negara anggota Dewan Keamanan dan Jerman di sela-sela pertemuan G-20 di Toronto. Solusi diplomatis masih terbuka, tambahnya.

Awal bulan ini Dewan Keamanan PBB menjatuhkan ronde sanksi yang keempat, dengan dukungan dari Rusia dan China, dua negara yang biasanya berpihak pada Iran. Ada perkiraan sikap ini terkait dengan informasi yang secara terbuka baru disampaikan oleh Kepala dinas rahasia AS, Leon Panetta di televisi Amerika hari Minggu. Panetta menyebutkan, Iran memiliki uranium dengan pengayaan rendah yang cukup untuk memproduksi dua bom atom. Dan bila didiamkan, senjata nuklir itu sudah akan siap pakai di tahun 2012.

Usai pertemuan G-20, Presiden Rusia, Dmitri Medvedev mengatakan kepada pers, bahwa seandainya keterangan CIA benar, maka situasi akan lebih meruncing lagi. Ungkapnya, "Masyarakat Internasional menilai bahwa program atom Iran tidak transparan. Apabila dugaan dinas rahasia AS itu terbukti, maka akan terjadi ketegangan baru. Dalam situasi seperti itu, saya tidak menutup kemungkinan bahwa masalah ini harus diperjelas lagi.“

Iran sejak awal menyangkal tuduhan bermaksud memproduksi senjata nuklir. Dalam temu pers pertama sejak dijatuhkannya sanksi baru, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad hari Senin menepis tudingan CIA. "Kenapa mereka begitu takut terhadap 2 bom atom? Ada 20,000 bom yang disimpan di seluruh dunia dan mereka kuatir bahwa mungkin ada dua bom?" Begitu tandas Ahmadinejad,seperti dikutip kantor berita Reuters.

Iran sudah berulangkali menegaskan program atomnya adalah untuk kebutuhan energi dan medis. Menghadapi perkembangan terakhir Presiden Ahmadinejad menyatakan bersedia kembali ke meja perundingan. Namun tambahnya, Iran baru di pertengahan Ramadan, di akhir bulan Agustus. Disebutkannya, keputusan itu merupakan hukuman bagi negara-negara Barat yang ia anggap terlampau mendesak.

Perundingan nuklir dengan Teheran berhenti Oktober lalu, ketika Iran menjilat ludah terhadap komitmennya, mengirimkan sebagian uranium dengan pengayaan rendah yang dimiliki untuk diproses kembali di luar negeri. Februari lalu, Iran mengumumkan akan melakukan proses pengayaan sampai tingkat 20% itu sendiri. Hal yang lebih jauh menyulut kekuatiran negara-negara industri.

Meski begitu, presiden Ahmadinejad bersikeras bahwa sebenarnya Iran lebih ingin membeli uranium yang diperkaya sampai 20% itu dari pasar terbuka. Kepada Dewan Keamanan ia menuntut diklarifikasinya tiga hal sebelum berunding kembali. Yakni sikap terhadap arsenal nuklir yang diduga dimiliki oleh Israel, posisi terhadap pengurangan senjata nuklir secara global dan apakah pihak-pihak yang berunding itu akan datang sebagai kawan atau lawan. Sementara isolasi terhadap Iran terus menguat, dengan makin banyaknya produsen minyak yang kini menghentikan pasokan gas dan bensin ke Iran.

Edith Koesoemawiria/rtr/afp
Editor: Rizky Nugraha