1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Intelijen Korea Selatan Curi Data Rahasia RI?

21 Februari 2011

Sebuah komputer jinjing yang berisi data milik delegasi Indonesia yang tengah berkunjung ke Korea Selatan diketahui dibobol pencuri di sebuah hotel di Seoul. Insiden ini memicu spekulasi kemungkinan aksi spionase.

https://p.dw.com/p/10LJO
ilustrasi komputer
Foto: Bilderbox

Kementerian Luar Negeri Indonesia membenarkan insiden itu. Namun jurubicara kemenlu RI Michael Tenne meminta agar semua pihak tidak berspekulasi mengenai motif pembobolan data tersebut dan menunggu hasil penyelidikan resmi pemerintah Korea Selatan.

"Saya kira kita tunggu saja hasil investigasinya, kalau memang bisa diidentifikasi, siapa pelaku yang sempat mengambil laptop tersebut meskipun dalama waktu yang relatif singkat, mungkin dari situ kita baru tahu, tapi itu investigasi yang sedang dilakukan pihak Korea Selatan," kata Michael Tenne.

Intelijen Korea Selatan Menyangkal

Meski sejauh ini belum diketahui, data apa yang dibobol, namun insiden itu tetap memicu spekulasi, adanya praktik spionase, terlebih karena dilakukan di tengah rencana pengadaan pembelian jet tempur dan sistem persenjataan lain dari Korea Selatan.

Sebuah harian di Korea Selatan, bahkan menulis pelakunya adalah anggota Badan Intelijen Korea Selatan NIS, untuk mencuri informasi menyangkut pengadaan senjata, namun hal itu telah dibantah oleh pihak NIS.

Pengamat: Pencurian Data Lazim Dilakukan

Pengamat intelijen Andi Wijayanto memandang, spekulasi tersebut sesuatu yang wajar. Dalam dunia intelijen praktek pencurian data lazim terjadi, tidak cuma oleh intelijen negara, melainkan juga oleh agen dari perusahaan senjata yang bersaing. Apalagi jika melihat nilai kontrak pengadaan senjata dari Korsel yang disebut sebut mencapai 1,6 trilyun.

"Bisa saja dilakukan oleh pesaing, pesaing dari produsen pesawat tempur tersebut. Jadi untuk mengetahui apakah disana sudah ada penawaran, apakah sudah ada permintaan tekhnis yang sangat spesifik dari pihak Indonesia sehingga mereka bisa mengajukan penawaran yang lebih rendah, lebih baik spesifikasinya," papar Andi.

Pengamat: Banyak Kejanggalan dalam Pemberitaan dan Kejadian

Meski demikian pengamat intelijen UI Andi Wijayanto meragukan jika kasus pembobolan data di kamar hotel bertarif 350 dolar semalam itu sebagai sebuah pencurian data militer yang rapi direncanakan oleh intelijen, mengingat adanya sejumlah kejanggalan dalam kasus itu.

"Bahwa itu diberitakan di kantor berita Korsel itu janggal. Bahwa data militer bisa tersimpan di sebuah laptop tim non militer dan bisa diambil melalui flashdisk itu juga janggal karena kita memiliki standar persandian sendiri yang cukup ketat dan laptopnya juga pasti tidak akan terpisah dari orang yang ditugasi mengamankannya. Dan kalau Kementerian pertahanan, Mabes TNI memberangkatkan tim kesana pasti karena sudah menyadari adanya risiko itu, karena itu saya yakin tidak akan semudah itu (dicuri -red.)."

Sejumlah pejabat keamanan pemerintah telah memastikan bahwa tidak ada data militer penting yang dibawa rombongan ke Seoul. Namun para politisi di komisi pertahahan DPR bereaksi keras, meminta pemerintah memberi penjelasan terbuka mengenai kasus ini.

Zaki Amrullah

Editor: Luky Setyarini