1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inilah Kisah Para Aktivis HAM yang Memilih Bertahan di Rusia

Alexey Strelnikov
12 Maret 2024

Beberapa aktivis hak asasi manusia tetap berada di Rusia meskipun ada penindasan Kremlin dan kesewenang-wenangan. Masa depan seperti apa yang mereka lihat di Rusia?

https://p.dw.com/p/4dOcj
Polisi menahan seorang pria yang meletakkan bunga di monumen sistem penjara politik Gulag.
Polisi menahan seorang pria yang meletakkan bunga di monumen sistem penjara politik Gulag SovietFoto: AP/picture alliance

Menurut proyek hak asasi manusia OVD-Info, sekitar 20.000 orang telah ditangkap dalam aksi protes antiperang di Rusia sejak Februari 2022. Sementara proses pidana telah berjalan hampir 900 kasus.

Terlepas dari itu semua, banyak aktivis hak asasi manusia di Rusia yang tidak mendukung perang Rusia melawan Ukraina. Mereka menentang kebijakan Kremlin dan tetap bertahan di negaranya. Apa yang membuat mereka begitu berani? Tiga dari mereka menceritakan kisahnya.

Anusch: Dengan hidung badut ke pengadilan

Anusch Panina, 36 tahun, berasal dari St. Petersburg. Dia sebelumnya menghindari politik, namun kemudian berubah pada tahun 2020 - sehubungan dengan protes massal di Belarusia terhadap pemilihan presiden yang dianggap curang dan kasus peracunan tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny. Panina sendiri beberapa kali ditangkap dan didenda karena ikut serta dalam protes antiperang di Rusia.

Keinginan untuk membantu warga Rusia lain yang terjerumus ke dalam mesin represif Kremlin - telah membawanya  ke persidangan sebagai pengamat di pengadilan Rusia.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Ciri khasnya adalah hidung badut, yang ia kenakan di akhir persidangan ketika putusan sudah ditentukan. Ia berharap dengan cara demikian ia dapat menunjukkan dukungannya, baik kepada para terdakwa maupun hadirin lainnya di ruang sidang.

Dia telah menghadiri lebih dari 200 persidangan sejak tahun 2022, yang berkenaan dengan pasal 207.3 KUHP Federasi Rusia. Para terdakwa biasanya selalu dituduh menyebarkan "kepalsuan" tentang tentara Rusia. "Saya telah menjadi pengacara awam dalam dua kasus, yang saya banggakan," tegas Panina.

Pada November 2023, perempuan muda itu ditangkap di gedung pengadilan saat persidangan seniman St. Petersburg Sascha Skotschilenko. Panina diduga melanggar aturan hukum dan digugat oleh asisten pengadilan. Mereka juga memelintir lengannya dan menariknya ke ruangan lain. Dia terpaksa harus dibawa ke rumah sakit, karena terluka.

Anush Panin
Hidung badut Anush Panina adalah sinyal visual solidaritas terhadap mereka yang diadiliFoto: privat

Setelah satu setengah tahun mengamati persidangan, Panina merasakan kelelahan batin. Tapi dia tidak berpikir untuk menyerah. Hidung badutnya yang tadinya bersinar kini berubah menjadi hitam sejak berita kematian Alexei Navalny.

"Bagi saya, tinggal di Rusia adalah sebuah masalah martabat. Ada aktivis hak asasi manusia di negara ini yang telah membela saya sejak penangkapan pertama saya. Saya tidak bisa pergi begitu saja sementara mereka terus bekerja keras di sini dengan risiko yang semakin besar,” katanya.

Natalja: Bantuan untuk pengungsi dari Ukraina

Sejak hari pertama invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, Natalya (bukan nama sebenarnya) menyambut teman-teman dari Ukraina di rumahnya di St. Petersburg.

Saat berbicara dengan mereka, ia menyadari bahwa ratusan ribu pengungsi Ukraina menghadapi masalah serupa. Itu sebabnya dia memutuskan untuk bergabung dengan para aktivis. Bersama-sama mereka membantu mendistribusikan sumbangan dalam bentuk barang kepada para pengungsi dan mendukung orang-orang mencari dokter dan psikolog. 

"Pengungsi dari Ukraina menerima uang satu kali sebesar 10.000 rubel (sekitar 1,6 juta Rupiah) di Rusia dan kemudian harus mengurus diri mereka sendiri,” kata Natalja.

Menurutnya, para pensiunan adalah pihak yang paling menderita. Hanya sedikit yang berhasil mendapatkan pensiun bulanan sekitar 10.000 rubel (sekitar 1,6 juta Rupiah).

Namun, arus pengungsi ke Rusia telah menurun dalam dua tahun terakhir, begitu pula jumlah sumbangannya. Pada saat yang bersamaan, para lansia dan penyandang disabilitas dari wilayah garis depan terus dibawa ke Rusia, terkadang dengan ambulans.

Selama dua tahun terakhir, Natalja juga menghabiskan uangnya sendiri untuk membayar kebutuhan para pengungsi. "Saya lebih suka membayar obat untuk anak yang sakit atau membeli sepatu ukuran 42 daripada membeli baju atau parfum baru,” katanya.

Natalya tidak berpikir untuk meninggalkan Rusia, meskipun dia tidak setuju dengan kebijakan pemerintah Rusia. Dia mengatakan bahwa kekuatan dan harapannya hampir habis, tetapi "selama masih ada kehidupan" dia tidak akan "berbaring di kuburan".

Anton : Pembela bidang administrasi

Anton Aptekar, 27 tahun, juga telah berkomitmen untuk melindungi hak asasi manusia sejak Maret 2022. Saat itu, pengadilan Rusia menjatuhkan hukuman besar-besaran bagi mereka yang berpartisipasi dalam protes dan aksi antiperang.

Anton Pekar
Pengacara Anton Aptekar saat ini belum berniat berhenti melawan.Foto: privat

Aptekar mengatakan sulit mengukur keberhasilan kasusnya. Ia meminta kompensasi atas pemenjaraan palsu bagi beberapa kliennya. Sebagian besar kliennya dinyatakan bersalah karena "mendiskreditkan tentara" atau melanggar aturan mengadakan rapat umum, namun hanya dikenai denda minimal.

Menurut pengacaranya, baru-baru ini hanya ada sedikit persidangan atas "pelanggaran demonstrasi" sehubungan dengan protes antiperang. Semakin sedikit orang yang berani turun ke jalan di Rusia. 

Aptekar kini lebih banyak menangani pembelaan dalam kasus administratif dan perdata. Oleh karena itu, menurutnya risikonya lebih sedikit dan dia ingin melanjutkan pekerjaannya. Aptekar menekankan pentingnya mendukung kliennya secara emosional. Pengacara itu juga membantu para klien menjalin komunikasi dengan media.

"Sidang suatu perkara di pengadilan merupakan wadah di mana klien dan kuasa hukumnya dapat membicarakan apa yang terjadi tanpa harus ke mana-mana,” kata Aptekar. Ia menambahkan bahwa ia tidak menutup kemungkinan bahwa pengalamannya akan berguna di masa depan, setelah terjadi perubahan mendasar di Rusia.

(ap/hp)

*Nama-nama dalam kisah ini diganti demi alasan keamanan.