1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Kembali Kirim Contoh Darah Flu Burung

Ayu Purwaningsih27 Maret 2007

Keputusan itu diambil setelah negosiasi alot dalam dua hari Konferensi Internasional tentang upaya memperoleh vaksin flu burung. Konferensi tersebut diselenggarakan oleh badan kesehatan dunia WHO dan diikuti pejabat tinggi dari 18 negara.

https://p.dw.com/p/CP7j
Virus Flu Burung H5N1 dilihat dengan mikroskop elektron
Virus Flu Burung H5N1 dilihat dengan mikroskop elektronFoto: AP

Pemerintah Indonesia bersedia mengirimkan lagi sampel darah yang terinfeksi flu burung untuk tujuan penelitian. Itulah salah satu butir kesepakatan yang dihasilkan pertemuan dua hari pejabat-pejabat tinggi 18 negara yang diselenggarakan badan kesehatan dunia WHO di Jakarta. Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari dalam konferensi jarak jauh usai pertemuan mengungkapkan, pengiriman kembali sampel itu bisa dilaksanakan secepatnya, “Diskusi sangat panjang dengan WHO, tapi lebih fair dan transparan. Besok rekomendasinya akan dibawa ke minsterial meeting. Kita akan kembali sharing virus ke WHO. Karena kita sudah punya komitmen yang dipercaya, WHO commit, segera..”

Siti Fadilah menegaskan, perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan vaksin flu burung, dapat langsung berurusan dengan pemerintah Indonesia.

Sebelumnya Indonesia menghentikan pengiriman contoh darah yang terinfeksi virus flu burung. Langkah itu diambil, karena menurut Departemen Kesehatan, contoh darah itu bukan cuma digunakan untuk tujuan penelitian, namun disalahgunakan oleh negara-negara lain untuk tujuan komersial. Misalnya di Australia, sebuah perusahaan mendaftarkan hak cipta vaksin flu burung strain Indonesia.

Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari mengatakan, pendaftaran hak cipta itu akan membuat Indonesia maupun negara berkembang lainnya harus membeli vaksin dengan harga tinggi, “Saya merasa tidak adil waktu itu, tidak adil, virus kita kirim ke sana, namun datang lagi dengan harga tinggi.”

Langkah drastis Indonesia waktu itu sangat mengejutkan dunia. Terutama WHO, badan-badan penelitian, serta lembaga-lembaga yang mengembangkan obat atau vaksin anti flu burung. Terlebih, para ilmuwan yang berlomba dengan waktu di tengah kecemasan akan kemungkinan terjadinya penularan flu burung antar manusia.

Sejauh ini Indonesia masih menempati angka tertinggi kasus kematian akibat flu burung. Yang terakhir adalah seorang remaja laki-laki dan seorang mahasiswi yang meninggal akhir pekan lalu. Dengan demikian setidaknya sudah 68 korban jiwa telah jatuh di Indonesia oleh virus H5N1 tersebut. Lebih dari setengah dibandingkan angka kematian seluruh dunia.