1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Ekonomi Cina Alami Kuartal Terburuk sejak 1992

17 April 2020

Ekonomi Cina menyusut untuk pertama kalinya sejak 1992 pada kuartal pertama. Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan produksi dan penjualan, yang berimbas terhadap banyaknya orang kehilangan pekerjaan.

https://p.dw.com/p/3b2vF
Pekerja Pabrik di Cina
Foto: Getty Images/AFP

Data resmi yang rilis pada Jumat (17/04) menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Cina turun 6,8 persen pada periode Januari-Maret. Angka ini melebihi perkiraan para analis dalam jajak pendapat Reuters yakni 6,5 persen.

Ini adalah pertumbuhan negatif (kontraksi) Cina yang pertama sejak setidaknya 1992 dan disebut menjadi yang terburuk, ketika catatan PDB triwulanan resmi dimulai.

Layanan keuangan yang berkantor pusat di Asia, Nomura, mengharapkan pemerintah Cina memberi paket stimulus dalam waktu dekat, yang dapat dibiayai oleh bank sentral melalui berbagai penyaluran.

"Namun, tidak seperti siklus pelonggaran sebelumnya, ketika sebagian besar kredit baru digunakan untuk membiayai pengeluaran untuk infrastruktur, property, dan barang tahan lama, kali ini kami berharap sebagian besar kredit baru akan digunakan pada bantuan keuangan untuk membantu perusahaan, bank, dan rumah tangga untuk bertahan di tengah krisis COVID-19, " begitu bunyi pernyataan Nomura.

Menurut Biro Statistik Nasional, pada basis kuartal ke kuartal, PDB Cina turun 9,8 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini. Angka ini turun sedikit dari perkiraan yakni 9,9 persen. Sementara ekonomi Cina di kuartal keempat pada tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan 1,5 persen.

Data terpisah menunjukkan output industri Cina turun 1,1 persen lebih rendah dari perkiraan pada Maret dari tahun sebelumnya. Penjualan ritel turun 15,8 persen pada periode yang sama. Investasi aset tetap menyusut 16,1 persen pada Januari-Maret.

Langkah Cina atasi keterpurukan ekonomi

Namun Cina telah berhasil membuat sebagian besar ekonominya bangkit setelah sempat ‘babak belur’ sepanjang bulan Februari. Analis mengatakan para pembuat kebijakan menghadapi perjuangan berat untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi negara itu ketika pandemi COVID-19 telah menghantam ekonomi global.

Tingkat pengangguran di perkotaan Cina berada di angka 5,9 persen pada Maret, turun dari 6,2 persen pada Februari.

Pandemi telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang di dunia dan membuat lebih dari 130.000 orang meninggal dunia. Sementara di Cina, yang menjadi negara tempat virus pertama kali muncul, telah melaporkan lebih dari 3.000 kematian. Meskipun angka kasus infeksi baru telah turun secara signifikan dari puncaknya.

Analis memperkirakan hampir 30 juta kehilangan pekerjaan tahun ini karena jatuhnya permintaan global. Angka ini berarti melampaui 20-juta juta PHK sebelumnya selama krisis keuangan global tahun 2008-2009.

Cina telah berjanji untuk mengambil lebih banyak langkah untuk memerangi dampak pandemi karena meningkatnya angka kehilangan pekerjaan mengancam stabilitas sosial.

Bank sentral telah melonggarkan kebijakan moneter untuk membantu membebaskan aliran kredit. Pelonggaran itu sejauh ini lebih baik daripada selama krisis keuangan global.

Pemerintah juga akan mengandalkan stimulus fiskal untuk memacu investasi dan konsumsi infrastruktur, yang dapat mendorong defisit anggaran 2020 ke rekor tertinggi.

Melalui jajak pendapat Reuters pekan ini, pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan mencapai pertumbuhan tahunan paling lambat dalam hampir setengah abad.

pkp/rap (Reuters)