1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ilmuwan Hati-Hati Tanggapi Kematian Arafat

7 November 2013

Sejumlah ahli yang dimintai pendapat mengenai laporan ilmuwan Swiss, berpandangan bahwa temuan itu memperkuat dugaan, tapi tidak membuktikan bahwa Yasser Arafat meninggal karena diracun Polonium.

https://p.dw.com/p/1ADRg
Foto: dapd

Polonium adalah zat langka dan sangat mematikan. Dosis yang sangat kecil bisa membunuh. Korban paling terkenal adalah agen dinas rahasia KGB yang membelot Alexander Litvinenko, yang tewas di London pada 2006 setelah zat itu dibubuhkan ke dalam teh yang ia minum.

Pemeriksaan atas jasad Arafat menemukan “tingkat yang tiba-tiba tinggi“ dari polonium 210, demikian hasil laporan tim Swiss.

Sikap hati-hati ilmuwan

Derek Hill, seorang profesor ilmu radiologi di University College London, yang tidak ikut dalam penelitian ini, mengatakan bahwa tingkat polonium-210 sebagaimana dikutip dalam laporan itu tampaknya ”jauh di atas normal.“

”Saya akan mengatakan bahwa itu jelas bukan bukti yang luar biasa, dan di sana ada resiko kontaminasi (atas sampel), tapi itu sinyal yang cukup kuat,“ kata dia. “Kelihatannya apa yang mereka kerjakan adalah meletakkan interpretasi yang sangat hati-hati dari data yang kuat.“

Ia mengatakan bahwa polonium adalah “sejenis racun yang sempurna“ karena sulit dideteksi kecuali para ahli mencarinya dengan menggunakan peralatan khusus yang umumnya hanya bisa ditemukan di laboratorium milik pemerintah.

Bruce Goldberger, direktur kedokteran forensik kesehatan di University of Florida, mengatakan laporan itu dengan kehati-hatian yang tepat menyatakan telah menemukan bukti moderat yang mendukung ide bahwa polonium telah meracuni Arafat. Tapi temuan itu tidak membuktikan tuduhan itu, kata dia.

Namun, ”apa yang mereka lakukan luar biasa” jika melihat keterbatasan yang mereka hadapi, kata dia. Termasuk kurangnya jaringan tubuh segar untuk menganalisis, tahun-tahun pembusukan polonium yang hanya akan meninggalkan jumlah kecil yang bisa dicari dan lemahnya dukungan pengetahuan medis dan sains tentang racun polonium.

Goldberger mencatat bahwa Arafat tidak menunjukkan sejumlah tanda-tanda klasik keracunan nuklir, yang kemungkinan akan mengaburkan kembali kesimpulan baru ini.

Lawrence Kobilinsky, seorang professor sains forensik di John Jay College of Criminal Justice di New York, juga mengatakan bahwa laporan itu tidak membuktikan bahwa Arafat tewas akibat polonium. Ia menyarankan adanya tim ilmuwan lain yang juga melakukan penelitian atas kasus ini.

"Kelihatannya ia diracun, tapi saya akan menunggu tim lain untuk mengkonfirmasi itu,” kata dia. ”Itu belum selesai sebelum kita mendapat sebuah konfirmasi. Beginilah cara ilmu pengetahuan bekerja”.

Nathan Lents, wakil ketua jurusan sains di John Jay, mengatakan hasil laporan itu konsisten dengan kemungkinkan mengenai keracunan polonium, tapi “jelas itu bukan sebuah bukti yang tidak terbantahkan.”

Material langka

Polonium yang ditemukan para ilmuwan telah meracuni Arafat adalah sebuah materi radioaktif tinggi yang jarang ditemukan di luar lingkaran komunitas sains dan militer.

Juga dikenal sebagai Radium F, itu adalah metaloid langka tapi alamiah yang bisa ditemukan dalam bijih uranium yang memancarkan sinar alpha yang sangat berbahaya, atau bermuatan partikel-partikel positif.

Sebelum sering disebut dalam kaitan dengan kematian Arafat, zat ini pernah muncul dalam kasus Alexander Litvinenko, seorang bekas mata-mata Rusia yang kemudian membelot menjadi pembangkang yang tewas di sebuah rumah sakit London pada 2006. Kematian Litvinenko menunjukkan tanda-tanda keracunan polonium.

Dosis kecil polonium-210 sebetulnya ada di tanah dan atmosfir, dan bahkan di dalam tubuh manusia, tapi jika dalam dosis tinggi akan sangat beracun jika tertelan atau terhirup, dan bisa merusak jaringan dan organ tubuh manusia.

Zat ini adalah salah satu unsur alam yang paling langka: dalam 10 gram uranium maksimal hanya ada sepermilyar gram polonium.

Bahan ini telah lama digunakan dalam industri untuk radiasi alpha dalam penelitian dan pengobatan, dan sebagai sumber pemanas untuk komponen ruang angkasa.

Dosis kecil juga ditemukan dalam tembakau, berasal dari pupuk tanah dan fosfat yang digunakan dalam pertanian tembakau.

Polonium ditemukan oleh Marie dan Pierre Curie pada 1898 ketika mereka melakukan penelitian di Prancis mengenai penyebab radioaktivitas dalam bijih-bijih mineral uranium, yang bersumber dari bijih mineral utama uranium.

Marie Curie menamakan materi itu dari nama kampungnya di Polandia, yang pada masa itu ada di bawah kontrol Rusia, Prusia dan Austria dan tidak diakui sebagai sebuah negara merdeka.

Atas temuan polonium, radium dan radioaktif, Marie dan Pierre Curie meraih hadiah Nobel Fisika pada 1903. Saat itu mereka berbagi penghargaan dengan ilmuwan dari Prancis Antoine Becquerel.

Seperti banyak peneliti awal di bidang radioaktif, Marie Curie meninggal tahun 1934 pada usia 67 tahun akibat leukaemia, yang disebabkan karena terkontaminasi material radioaktif.

ab/hp (afp,ap,rtr)