1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

ILA Ajang Pamer Produk Baru Industri Dirgantara

Sabine Kinkartz12 September 2012

Di tengah krisis utang dan fluktuasi ekonomi yang tak menentu, industri dirgantara masih berjaya. Pameran dirgantara ILA di Berlin membuktikannya.

https://p.dw.com/p/167PW
ILA Berlin
Foto: picture-alliance/dpa

Helikopter berwarna hijau zaitun perlahan mendarat di landasan selatan bandara Berlin-Brandenburg. Di sana pesawat Tornado, pesawat tempur Eurofighter dan dua pesawat tempur angkatan udara AS sudah terparkir berjajar rapi. Semua peralatan tempur udara itu mendarat di bandara baru yang hingga September 2012 itu ternyata belum diresmikan.

Jürgen Freytag, kepala bagian keamanan pameran internasional dirgantara (ILA) mengatakan, "Kami tidak menyangka, walau pun kami tahu tugas kami lebih rumit dari biasanya, kami akan bertindak sebagai pengelola bandara Berlin-Brandenburg untuk pameran ILA ini. "

Itu termasuk cek keamanan mulai dari pencegahan burung yang terbang melintas bandara hingga pengamanan pagar. "ILA sekarang mengelola sayap selatan bandara sebagai bandara baru Berlin-Brandenburg, " ujar Freytag.

Enam Hari Penerbangan, Lalu Pembangunan

Bandara dibuka hingga 16 September saja, lalu semua perizinan dibatalkan. Hingga tanggal itu, 270 alat transportasi udara dipamerkan selama enam hari di lahan seluas 250 ribu meter persegi itu. Di antaranya pesawat penumpang terbesar dunia dari Boeing dan Airbus.

1200 perusahaan dari 40 negara datang berbondong ke pameran ILA di bandara Berlin-Brandenburg. Angkatan udara Jerman, Polandia, Finlandia, dan Turki memamerkan kebolehan manuver terbang mereka di bawah pengamanan ketat.

Kecelakaan dalam pameran dirgantara di pangkalan udara Ramstein 1988 membekaskan trauma. Semua atraksi akrobat udara dengan pesawat tempur dilarang digelar di Jerman. "Apa yang ditampilkan di sini bukan akrobat, melainkan manuver yang merupakan bagian latihan dasar pilot militer, " tutur Wolfram Cornelius, pemimpin program penerbangan pameran ILA.

Transaksi Besar, Bisnis Kecil

Pesawat tak berawak Reconnaissance TR-170 KZO di ILA, Berlin, Rabu (12/09). (Foto: dpa)
Pesawat tak berawak Reconnaissance TR-170 KZO di ILA, Berlin, Rabu (12/09).Foto: picture-alliance/dpa

Dipastikan akan datang 200 ribu lebih pengunjung ke pameran itu, meski tak harus mempertunjukkan akrobat udara. Banyak di antaranya adalah pengunjung khusus. Pameran ini dianggap sebagai acara terpenting sektor dirgantara Eropa tahun ini. ILA merupakan pameran dirgantara terbesar ketiga setelah Le Bourget di Paris dan Farnborough di London.

Berbeda dari pameran lainnya yang berfungsi sebagai jembatan antara produsen dan konsumen, ILA berperan sebagai ruang pamer sektor dirgantara. Direktur ILA Stefan Graves menjelaskan, proyek transportasi udara dan antariksa memiliki landasan yang panjang. Banyak transaksi milyaran yang dilakukan melewati persiapan yang panjang dan pihak pers dan publik mendapatkan informasinya lewat pameran semacam ini.

"Di ILA kami punya tempat untuk perusahaan kecil dan menengah penyalur suku cadang dan transaksi jangka pendek juga berlangsung di sini," begitu klaim Graves.

Industri Dirgantara Masih Berjaya

Di tengah krisis utang dan fluktuasi ekonomi yang tak menentu, industri dirgantara masih berjaya. Pesanan terus mengalir karena bisnis transportasi udara terus berkembang.

Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah penumpang transportasi udara rata-rata lima persen. Produsen besar meraup sukses besar hingga mencapai rekor pesanan. Meski, maskapai penerbangan juga semakin kritis terhadap produk yang dipesannya. Pesawat baru hendaknya hemat bahan bakar dan tidak bising. Itu tantangan terutama untuk produsen turbin seperti MTU.

Perusahaan itu menampilkan produk penerbangan sipilnya di ILA dengan tema "Turbin Masa Depan". Dengan turbin itu, pada 2015 Airbus seri baru A320neo mengudara dengan kebisingan yang berkurang separuhnya.

Produk awalnya, menurut jurubicara MTU Melanie Wolf, menghemat emisi CO2 dan bahan bakar hingga 15 persen. "Produk angkatan kedua kami akan lebih hemat 20 persen dan 2035 akan menghemat 30 persen emisi CO2."

Dari Angkasa ke Jalan

Robot antariksa di ILA Berlin 2012. (Foto: DW)
Robot antariksa di ILA Berlin 2012.Foto: DW/R. Romaniec

Teknologi canggih dipamerkan di ILA di paviliun angkasa. Badan Antariksa Jerman (DLR) untuk pertama kalinya memamerkan robot beroda yang berdasarkan teknologi robotika angkasa dan planet. Kendaraan itu dapat berjalan di tempat miring dan berjalan menyamping, berputar dan punya kemampuan orientasi arah berkat kamera dan sensor yang dipasangkan padanya. Robomobil itu, menurut Andreas Schütz dari DLR, merupakan sumbangan teknologi masa depan.

"Tugas kami adalah mengalihkan hasil sebagian besar penelitian mendasar pada penggunaan di bumi," kata Schütz. Oleh sebab itu, ujar Schültz, DLR mengembangkan teknologi yang bisa "misalnya diterapkan pada mobilitas di jalanan, yang terus dibebani tambahan masalah, dan juga mengukuhkan teknologi bahan bakar listrik. "

Kendaraan yang dipamerkan di ILA, kata Schültz, 20-30 tahun mendatang bisa jadi sudah bergulir di jalanan kota.

Paviliun angkasa juga memamerkan produk-produk proyek dan program antariksa Jerman serta Eropa. Produk itu sedianya menjadi contoh betapa bergunanya produk transportasi luar angkasa untuk kepentingan transportasi di bumi dan menunjukkan pada pengunjung bahwa dana penelitian bernilai milyaran yang dikucurkan negara digunakan secara tepat.