1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iklim Politik AS dan Penembakan Amuk di Arizona

10 Januari 2011

Pria 22 tahun yang dituduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap anggota kongres AS dalam aksi penembakan amuk di Tucson mulai disidang hari Senin (10/01).

https://p.dw.com/p/zvtT
Lilin dan bunga diletakkan di luar kantor Gabrielle Giffords, anggota kongres yang ditembak Sabtu (08/01) di TucsonFoto: AP

Aksi penembakan di Arizona menewaskan enam orang dan melukai seorang anggota kongres. Harian konservatif Die Presse yang terbit di Wina berkomentar tentang iklim politik Amerika Serikat usai kejadian tersebut :

"Kubu republik tidak sekedar adu argumentasi terhadap tema yang begitu mereka benci, yakni reformasi kesehatan. Mereka marah dan mengamuk. Siapa yang menyebut presiden Amerika Serikat sebagai Hitler dan membiarkan lambang nazi ditaruh di atas foto sang presiden dalam sebuah demonstrasi, mewujudkan atmosfir dimana mereka yang berbeda pendapat tidak hanya sekedar lawan politik tetapi juga sasaran serangan. Penembakan amuk di Arizona adalah sebuah peringatan, bagaimana tajamnya perdebatan politik, dan bagaimana kerasnya cara menangani lawan politik dan para politisi pada umumnya. Seperti pendapat Sherif di Tucson, usai peristiwa berdarah ini, sebaiknya kita berdiam sejenak dan merenung."

Harian kiri liberal Inggris Independent juga mengkaitkannya dengan politik di Amerika :

"Sejak Barack Obama menduduki jabatannya dua tahun yang lalu, kubu kanan di negara itu berbicara secara sepihak. Mantan kandidat posisi wakil presiden Sarah Palin misalnya, memanas-manasi pendukungnya dengan kalimat seperti 'Jangan masukkan kembali ke sarung pistol, tapi isi kembali pelurunya.'. Ucapan-ucapan berisi kebencian secara mengejutkan juga menjadi serangan pribadi. Tempat kelahiran presiden Obama dan agamanya kerap dipertanyakan oleh pihak lawan. Kita tidak boleh menarik kesimpulan secara cepat dari kejadian di Tucson. Namun, sejarah mengajarkan bahwa tindakan ekstrimis politik hanya akan diuntungkan jika terjadi pembentukan kubu-kubu politik. Jika politisi membiarkan bahasa kekerasan menjadi kebiasaan, maka semakin mungkin aksi kekerasan terwujud. Politisi Amerika, yang ingin memegang posisi pimpinan, sebaiknya lebih menunjukkan sikap yang bertanggung jawab."

La Repubblica, harian kiri liberal yang terbit di Roma juga memiliki pendapat yang sama :

"Pupuk yang ditabur di tanah Amerika adalah kebencian terhadap Obama dan semua pendukungnya, kebencian atas apa yang dipercayai oleh presiden kulit hitam pertama Amerika. Tentulah bukan suatu partai tertentu yang berada di balik peluru pelaku dari Tucson, bukan juga dewi pemburu dari Alaska Sarah Palin, bukan juga kubu kanan baru dari gerakan Tea Party. Namun eskalasi kata-kata, retorika populis, yang terwujud dari ketakutan jutaan warga, bisa menimbulkan kekacauan di saat kondisi tidak stabil. Kata-kata bisa menjadi peluru dalam masyarakat dengan terlalu banyak senjata di tangan terlalu banyak orang. Karena itu, penembak berusia 22 tahun dari Arizona ini bukan lah makhluk dari planet lain karena melakukan hal tersebut, melainkan putera dari planet Amerika Serikat."

Vidi Legowo-Zipperer / dpa

Editor : Hendra Pasuhuk