1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Horta atau Guterres?

9 Mei 2007

Hari ini Timor Leste akan memilih presidennya. Dari delapan calon di putaran pertama kini tinggal dua terkuat. Jose Ramos Horta calon non partai dan Fransisco Guterres alias Lu Olo dari partai Fretilin.

https://p.dw.com/p/CIso
Jose Ramos Horta (kiri)
Jose Ramos Horta (kiri)Foto: AP

Dalam putaran pertama Horta memperoleh 22 persen suara, sementara Guterres mendapat 28 suara. Meskipun demikian banyak yang memperkirakan Ramos Horta akan dengan mudah memenangkan kursi presiden. Mengingat 5 dari 6 calon presiden yang gagal lolos di putaran pertama menyatakan mendukungnya. Tapi partai Fretilin tidak tinggal diam. Para aktivis partai dengan unggulannya Fransisco Guterres ini disebut-sebut memperingatklan warga bahwa Timor Leste akan terancam perpecahan dan digadaikan ke Australia jika Ramos Horta terpilih. Menjelang pemilihan presiden putaran kedua di Timor Leste, upaya pengamanan diperketat. Ketua Misi PBB di Timor Leste UNMIT Atul Khare dalam pesannya kepada rakyat Timor Leste mengatakan

“Putaran pertama pemilihan meskipun tidak sempurna, adalah peristiwa yang memiliki arti penting. Sikap kolektif penduduk negara ini telah menunjukkan kedewasaan, toleransi dan keinginan demokrasi.”

Sementara rakyat Timor Leste mulai menapak ke proses demokrasi, partai-partai politik dan calon mereka lebih sulit menerima hasil pemilu putaran pertama. Kelima kandidat presiden yang kalah menuduh partai Fretilin melakukan kecurangan dalam pemilihan Sementara di sisi lain partai Fretilin menuduh pasukan perdamaian di Timor Leste yang dipimpin Australia melakukan intimidasi para pendukungnya dan mengganggu jalannya kampanye mereka. Menurut pakar Timor Leste Damien Kingsbury dari Universitas Deakin di Australia yang saat ini tengah berada di Timor Leste mengatakan tuduhan intimidasi tengah diinvestigasi namun

“Saya pikir apa yang terjadi adalah Fretilin mencoba mencari alasan untuk tidak menerima hasil tersebut atau paling tidak dapat tetap menjadikan hasil pemilihan menguntungkan mereka jika sampai mereka kalah.”

Kingsbury mengatakan situasi menjelang pemilihan presiden secara umum cukup tenang. Namun terdapat banyak duel retorica antara kedua kandidat. Meskipun Guterres meraih suara lebih banyak daripada Horta pada pemilu putaran pertama, banyak pengamat yang meramalkan Horta akan memenangkan pemilihan presiden di Timor Leste hari ini. Yang pasti Timor Leste masih merupakan negara termiskin di Asia. Kerusuhan baik militer maupun antar kelompok masih terus membayangi situasi di sana. Dan sekitar 37 ribu orang masih mengungsi di ibukota Dili

Damien Kingsbury: “Mereka ingin melihat adanya stabilisasi dan kemajuan ke arah pembangunan kembali negara itu. Menurunnya tingkat pengangguran, lebih terciptanya lapangan kerja, pembangunan kembali ekonomi. Sekarang hal itu sangat sulit karena kurangnya infra struktur di sini, sangat terbatasnya peluang ekonomi.”

Siapapun yang terpilih sebagai presiden mengemban tugas memenuhi harapan yang tinggi tersebut. Tapi yang paling utama presiden baru harus dapat menunjukkan bahwa ia adalah presiden bagi seluruh warga Tjmor Leste sebagai pemersatu berbagai kekuatan yang ada di negara demokrasi muda tersebut. Untuk membawa negara yang memiliki sekitar 1 juta penduduk itu ke arah stabilitas.