1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Hoaks Kembali Marak Usai Gempa Guncang Palu

9 Oktober 2018

Kabar hoaks bermunculan saat gempa berkekuatan 5,2 skala richter mengguncang Palu. Ketika angka korban yang meninggal dunia mencapai 2.000 jiwa, upaya pencarian dianjurkan untuk dihentikan.

https://p.dw.com/p/36Cx5
Indonesien Erdbeben & Tsunami | Zerstörung in Wani, Sulawesi
Foto: Getty Images/AFP/M. Rasfan

Gempa bumi berkekuatan 5,2 skala richter yang kembali mengguncang Palu ikut memicu gelombang kabar hoaks, keluh Jurubicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho.

BNPB mengingatkan saat ini ada banyak video hoaks yang beredar di media-media sosial. Video tersebut menunjukkan kondisi pasca gempa yang mengambil video dan foto gempa di Donggala, Jumat (28/9)

"Jadi masyarakat dihimbau tetap tenang. Jika gempanya kecil pasti tidak menimbulkan dampak. Hampir setiap hari terjadi gempa di Indonesia," tulis Sutopo dalam sebuah siaran pers yang diterima DW.

Baca Juga: Balaroa dan Petobo Terancam Jadi Kuburan Massal

Sejak gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter mengguncang Palu dan Donggala, kawasan Sulawesi Tengah digoyang sekitar 20 gempa susulan. Saat ini korban jiwa akibat bencana berganda itu melebihi 2.000 orang. Namun BNPB atau Badan SAR Nasional memperkirakan jenazah yang belum ditemukan mencapai ribuan.

Adapun gempa yang terekam pada Selasa (9/10) pukul 02:15 WITA, berpusat di kedalaman 10 km dan berlokasi 5 km di timur laut kota Palu. "Gempanya terasa kuat selama lima detik," kata Sutopo.

Panggilan Nurani, Kumpulkan Para Relawan di Palu

"Semua orang masih trauma akibat gempa sebelumnya," kata Taufan, seorang warga Palu, saat mengabarkan aksi penduduk yang berhamburan keluar rumah saat gempa terjadi.

Guncangan terutama terasa kuat di desa Silae, di utara Palu. "Orang-orang panik karena gempanya kuat. Semua berkumpul di jalan," kata Andika Dana, warga Silae. Sementara Mardiana Taha, mengatakan ada banyak kabar burung mengenai gempa susulan yang disebar melalui pesan Whatsapp. "Semua orang ketakutan. Kami tinggal di luar," kata dia.

Saat ini pusat perbelanjaan, sekolah dan kantor pemerintah telah kembali dibuka di Palu. BNPB mengklaim jumlah kerugian akibat bencana berganda di Sulawesi Tengah mencapai 10 triliun Rupiah. Sebagian besar dari 1.539 korban meninggal dunia akibat terjangan gelombang Tsunami, tulis BNPB. Sementara 5.000 orang masih dinyatakan hilang dan dikhawatirkan ikut terkubur lumpur akibat fenomena likuifaksi tanah.

Baca Juga: Ahli Geofisika Jerman: "Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia Berfungsi dan Sudah Digunakan"

BNPB berniat menghentikan operasi pencarian hari Kamis (11/10). "Apakah ini akan dilanjutkan atau tidak akan bergantung pada kapabilitas dan kapasitas lokal untuk memerhatikan pengungsi dan korban lainnya," kata Willem Rampangilei, Kepala BNPB.

"Kami akan mengevaluasi dan mendikusikan hal ini dengan pemerintah daerah, karena mereka satu-satunya yang bisa memutuskan apakah upaya pencarian harus dilanjutkan."

Sementara itu Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, Ridwan Mumu, mengatakan desa-desa yang tertimbun lumpur bisa dijadikan taman peringatan, di mana tugu untuk mengenang para korban bisa didirikan. "Satu hal yang jelas, sudah ada usulan agar tidak dibangun pemukiman di sana," ujarnya. 

rzn/hp (dpa, rtr)

Desa Petobo Lenyap Ditelan Bumi