1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hari Buruh Internasional 1 Mei

30 April 2010

Di berbagai negara, tanggal 1 Mei banyak pekerja berdemonstrasi menuntut upah lebih layak. Seperti yang terjadi tahun 1886 di AS, dimana kala itu jam kerja bagi buruh masih 11 sampai 13 jam per hari.

https://p.dw.com/p/NAi1
"Pekerjaan bagi semua dengan upah yang layak" Demonstrasi anggota serikat pekerja Jerman pada Hari Buruh 1 MeiFoto: AP

Hari Buruh Internasional atau yang di Indonesia biasa disebut May Day lahir dari rangkaian perjuangan kelas pekerja untuk meraih kembali hak-hak mereka di awal abad ke-19, saat berkembangnya kapitalisme industri. Penetapan hari buruh tanggal 1 Mei bermula dari aksi para pekerja di Amerika Serikat. Sebuah aksi seruan gerakan pekerja Amerika Utara untuk mogok massal tanggal 1 Mei 1886 yang berujung pada bencana 'Haymarket Riot' atau Kerusuhan Haymarket yang terjadi 4 Mei 1886.

Menyambut peringatan Hari Buruh tahun ini, Joe Muckle ketua serikat pekerja terbesar Amerika Serikat di bidang transportasi Teamsters negara bagian Ohio mengatakan

„Secara umum saya pikir Mayday atau Hari Buruh seperti yang biasa kami sebut di Amerika Serikat, sudah kehilangan banyak maknanya. Terdapat pengakuan besar terhadap gerakan buruh di Amerika Serikat, akan sejarah besarnya dan untuk keberhasilannya. Hal ini sayangnya membuat kebanyakan warga Amerika Serikat kini menikmati hari buruh sebagai hari libur untuk akhir pekan yang panjang, untuk piknik ke laut atau ke gunung."

Sejarah besar gerakan buruh yang dimulai awal tahun 1886. Guna mendesak penurunan jam kerja menjadi 8 jam per hari, gerakan pekerja Amerika Utara menyerukan untuk mogok massal tanggal 1 Mei 1886. Juga di sebuah pabrik di Chicago mayoritas buruh saat itu secara solidaritas melakukan mogok kerja. Mereka juga tidak puas dengan waktu kerja 12 jam untuk rata-rata pendapatan 3 dollar AS per hari. Upah yang pada tahun 1886 hanya cukup untuk makan malam yang sederhana. Pimpinan perusahaan bereaksi dengan pemblokiran massal dan mencoba menggantikan 800 sampai 1000 pekerjanya yang mogok dengan para imigran baru. Namun dengan dukungan kampanye suratkabar Harian Buruh berbahasa Jerman, hanya 300 pekerja baru yang mendaftar, sementara kelompok para pekerja pabrik dalam jumlah yang jauh lebih besar berdiri di luar pintu portal pabrik. Hal yang kini dipandang sebagai kemenangan besar Serikat Pekerja.

Tiga pekan setelah kejadian tsb. tepatnya tanggal 1 Mei 1886 pimpinan redaktur dan penerbit Harian Buruh berbahasa Jerman, August Spies berpidato di Haymarket di Chicago. Setelah pertemuan Haymarket, berlangsung aksi mogok beberapa hari di Chicago dan akhirnya menimbulkan bentrokan kekerasan tanggal 3 Mei antara para demonstran dan polisi. Dua demonstran tewas. Pada aksi demonstrasi tanggal 4 Mei gelombang kekerasan pecah. Setelah penyerbuan demonstrasi damai oleh polisi, seorang tidak dikenal meledakkan bom yang menewaskan langsung seorang petugas polisi serta melukai banyak polisi dan demonstran lainnya. Bentrokan yang terjadi menyusul insiden itu menyebabkan sejumlah polisi dan demonstran tewas, sekitar 200 pekerja luka-luka. Delapan orang yang mengorganisir aksi demonstrasi tersebut ditangkap dan dikenai dakwaan membangkang. Empat dari mereka termasuk pimpinan redaktur dan penerbit Harian Buruh berbahasa Jerman dihukum mati.

Tanggal 14 Juli 1889 dalam kongres pekerja internasional di Paris dikeluarkan resolusi, bahwa pada suatu hari tertentu yang diorganisir secara internasional, para buruh di seluruh negara dan kota-kota diharapkan turun ke jalan, guna menuntut pengurangan waktu kerja menjadi delapan jam per hari. Dan untuk menghormati korban gerakan buruh di Chicago Amerika Serikat tahun 1886 itulah ditetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional. Ketua Teamsters negara bagian Ohio Joe Muckle dalam kunjungannya ke Deutsche Welle mengatakan

„Mudah-mudahan tahun ini, kita tahu bahwa kami memiliki Presiden Barack Obama yang memiliki dukungan besar terhadap para pekerja, saya harap kami dapat memiliki warna perayaan lebih kuat di Gedung Putih atau di Kapitol. Dalam waktu yang singkat sekitar empat bulan jabatannya, ia sangat mendukung gerakan buruh di Amerika Serikat. Berbeda jauh dibanding George Bush selama 8 tahun terakhir."

Para pekerja merasakan adanya kebijakan yang berbeda dalam periode jabatan di tangan seorang republik atau demokrat. George W. Bush berasal dari Partai Republik. Dalam masa pemerintahannya Bush membuat peraturan yang menyulitkan serikat pekerja. Banyak terjadi perubahan peraturan yang membatasi ruang gerak serikat pekerja. Ia menggunakan alasan keamanan nasional untuk mengawasi administrasi yang dilakukan anggota serikat pekerja. Alasan yang secara praktis menghentikan kegiatan organisasi pekerja. Pihak republik secara umum berpihak pada penyelenggara bisnis besar dan memerangi buruh. Secara umum partai demokrat dipandang lebih dekat kepada buruh dan para pekerja dapat mencari dukungan untuk hukum perburuhan yang lebih demokratis.

„Dan serikat pekerja juga mendukung pemilihan Obama, dalam kampanye pemilunya. Jadi kami berharap ia akan mengijinkan diluncurkannya gagasan baru bagi para pekerja dalam memperingati Hari Buruh.

Demikian Joe Muckle, ketua serikat pekerja transportasi Amerika Serikat Teamsters negara bagian Ohio, kepada Deutsche Welle.

Bagaimana situasi buruh dan serikat pekerja di bawah kepemimpinan tokoh demokrat Barack Obama? Pendapat Captain Robert Kirchner anggota jajaran pimpinan serikat pekerja Teamsters Ohio

„Saya pikir sekarang ini setiap orang dapat banyak berharap. Obama membuat janji-janji cukup besar. Dan satu hal yang menurut saya benar-benar konstruktif adalah ia menjalin dialog yang baik dengan serikat pekerja. Ia mau mendengarkan masalah-masalah kami, situasi kami, dan ini memberikan alasan untuk harapan yang besar."

Dyan Kostermans

Editor: Luky Setyarini